Cari Blog Ini

Minggu, 21 November 2010

makalah tugas pklh; erosi pantai

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang bercirikan benua maritim dengan 176 kabupaten dan 30 kota dari sekitar 368 kabupaten dan kota, yang mempunyai wilayah pesisir dan laut (Sulasdi, 2001; 44). Kondisi ini dapat digunakan sebagai dasar kuat untuk mengatakan bahwa Indonesia sesungguhnya merupakan negara maritim. Kebanyakan masyarakat yang tinggal ditepi pantai, pantai merupakan tempat sumber perekonomian mereka. Namun, dalam hal tertentu, terdapat gejala alam yang disebabkan oleh perluasan daerah pemukiman yang membabibuta, yaitu terjadinya erosi pantai (abrasi).
Dari sudut pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-kekuatan asal laut, erosi pantai (abrasi) terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan asal darat. Erosi pantai (abrasi) dapat diprediksi kejadiannya berdasarkan pada pola arah angin dan kecepatan angin yang terdapat disuatu kawasan, orientasi garis pantai, konfigurasi garis pantai, dan material penyusun pantai. Erosi pantai (abrasi) saat ini sudah sering terjadi terutama didaerah pantai yang tidak terlindungai baik oleh vegetasi maupun pola hidup masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sebagai pengurangan terjadinya erosi pantai yaitu dengan melestarikan hutan bakau. Karena tanaman bakau memiliki akar yang kuat utuk menahan material-material pantai sehingga mengurangi terjadinya erosi di pantai (abrasi). Oleh karena itu, pada makalah ini akan mengulas sedikitnya tentang pelestarian hutan bakau sebagai upaya mencegah erosi pantai secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana erosi pantai dapat terjadi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya erosi pantai?
3. Dimana saja tempat-tempat yang telah mengalami erosi pantai (abrasi)?
4. Bagaimana keadaan pemukiman penduduk dan masyarakat yang berada di daerah pantai yang mengalami abrasi tersebut?
5. Bagaimana peranan hutan bakau dalam usaha pencegahan terjadinya erosi pantai?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui terjadinya proses erosi pantai.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya erosi pantai.
3. Untuk mengetahui tempat-tempat yang telah mengalami erosi pantai (abrasi).
4. Untuk mengetahui keadaan yang tampak pada pemukiman penduduk dan masyarakat yang berada di daerah pantai yang mengalami abrasi.
5. Untuk mengetahui peranan hutan bakau dalam usaha pencegahan terjadinya erosi pantai.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya Erosi Pantai (Abrasi)
Erosi pantai atau sering juga disebut abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Abrasi dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan. Selain faktor alam, abrasi juga disebabkan oleh faktor manusia, misalnya penambangan pasir. Penambangan pasir sangat berperan banyak terhadap abrasi pantai, baik di daerah tempat penambangan pasir maupun di daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai.
Dalam skala waktu besar, jangka panjang, erosi pantai berlangsung terus menerus sampai kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai tercapai atau keseimbangan berubah karena perubahan kondisi lingkungan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam jangka pendek, temporer, erosi pantai terjadi pada saat musim angin tertentu berlaku, dan berhenti ketika musim berganti.
B. Penyebab Terjadinya Erosi Pantai (Abrasi)
Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Contoh yang sering kita jumpai belakangan ini adalah masalah abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Masalah ini harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini. merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui, pemanasan global terjadi karena gas -gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es it u mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan pencemaran lingkungan. Selain itu, pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya yang secara berlebihan juga menjadi salah satu penyebab abrasi walaupun tidak secara langsung.
Penyebab lainnya yaitu pada saat terjadinya bencana tsunami, yang mana pada saat tsunami berlangsung, pecahan ombak juga ikut memecah material yang ada didarat sehingga terjadi pengikisan di daerah pantai.
C. Tempat Yang Telah Mengalami Abrasi
Di Indonesia, ada banyak tempat yang mengalami abrasi, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Bengkulu
Wilayah pesisir Kota Bengkulu berada di bagian barat pulau Sumatera, yang berhadapan Iangsung dengan Samudera Indonesia. Keberadaan ini menyebabkan Pantai Kota Bengkulu banyak menerima limpasan-limpasan gelombang baik berupa gelombang karena angin, gelombang karena fluktuasi muka air laut dan anus yang menyusur pantai. Akibatnya terjadi abrasi pada pantai tersebut sehingga mengakibatkan adanya perubahan garis pantai. Kerusakan lingkungan oleh proses abrasi telah berlangsung lama, sehingga mengganggu aktivitas nelayan yang merupakan kegiatan sehari-hari masyarakat di wilayah pesisir Kota Bengkulu. Selain itu juga abrasi mengancam keberadaan permukiman masyarakat yang berada di pantai tersebut, sehingga mengganggu perekonomian di Kota Bengkulu.
Fenomena lain akibat dari proses abrasi adalah terjadinya proses sedimentasi, sehingga terjadinya pendangkalan pada daerah pelabuhan yang mengganggu proses bongkar muat di pelabuahan tersebut. Untuk mengatasi kejadian abrasi dan sedimentasi di atas perlu dilakukan pengamanan pantai dengan memberikan perlindungan pantai baik berupa fisik maupun alami serta adanya pengelolaan lingkungan wilayah pesisir yang terpadu. Pengaruh dan proses abrasi di wilayah pesisir Kota Bengkulu yang umumnya terjadi dikarenakan oleh alam, begitu besar dan signifikan maka perlu dilakukan perlindungan terhadap pantai dengan penelitian yang berhubungan dengan gejala alam tersebut, seperti melakukan analisis terhadap gelombang, pasang surut, anus menyusur pantai dan proses transpor sedimen. Dari hasil analisis tersebut akan didapat bentuk bangunan pelindung pantai yang sesuai dengan kerusakan lingkungan di wilayah tersebut.
2. pesisir pantai wilayah kabupaten Indramayu
Di daerah pesisir pantai wilayah kabupaten Indramayu juga pernah mengalami abrasi. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter pertahun dan sekarang dari panjang pantai 114 kilometer telah tergerus 50 kilometer. Dari 10 kecamatan yang memiliki kawasan pantai, hanya satu wilayah kecamatan yakni kecamatan Centigi yang hampir tidak memiliki persoalan abrasi. Hal ini karena di wilayah kecamatan Centi gi kawasan hutan mangrove yang ada masih mampu melindungi kawasan pantai dari abrasi sehingga tidak terlalu merusak kawasan pesisir.
3. Pantai Pelabuhanratu
Didaerah ini terjadi abrasi lantaran kuatnya empasan gelombang laut selatan dan pengrusakan ekosistem di daerah pesisir tersebut. Untuk itu, pemerintah daerah setempat tengah membangun alat penahan ombak sebagai bagian dari penataan kawasan pesisir.
D. Dampak Erosi Pantai Terhadap Daerah Pesisir Pantai, Pemukiman Penduduk dan Masyarakatnya
Abrasi yang merupakan salah satu hasil dari kerusakan di lam memiliki dampak negatif yaitu antara lain:
 Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai
 Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang begitu besar.
 Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau
Selain itu, di beberapa tempat di areal pesisir dan pertambakan yang telah terkikis (abrasi pantai) dan rob yang lebih dalam ke daratan. Tambak-tambak udang yang terkikis menjadi hilang dan berubah kondisinya menjadi laut dan akibat pemanasan global menyebabkan air masuk lebih dalam. Hilangnya tambak akibat terkikis, menghilangkan pendapatan sebagian petani tambak yang dahulunya termasuk golongan petani ‘kaya” menjadi tidak “kaya”. Kondisi ini akan mengubah perilaku petambak yang tadinya sebagai “juragan” berubah menjadi “bukan juragan”.
Perubahan perilaku masyarakat dapat bersifat intern maupun ekstern dan dapat bersifat positif maupun negatif. Intern dalam arti perilaku keseharian yang menyangkut diri sendiri seperti rasa apatis, apriori, traumatik dan lain-lain, sedang ekstern adalah perilaku keseharian yang menyangkut terhadap orang lain baik di dalam keluarga maupun luar keluarga seperti kerjasama, paternalistis dan lain-lain. Peningkatan pendapatan mengakibatkan perubahan perilaku masyarakat yang ke arah konsumtif, pemikiran yang lebih maju dan merubah perilaku sosial secara menyeluruh. Namun sebaliknya kondisi saat ini di kawasan pertambakan Demak mengalami pendapatan yang menurun atau dapat dikatakan kesejahteraannya menurun, maka yang terjadi adalah munculnya kemiskinan baru, daya serap tenaga kerja menurun dan masyarakat kawasan pesisir yang terimbas ikut menurun. Perubahan pendapatan akan mengubah perilaku masayarakat tersebut.
Karena adanya pengurangan atau perubahan baik dari hasil pendapatan (menurunnya perekonomian), kesehatan dan sebagainya,maka tidak sedikit penduduk yang mengalami penurunan pendapatan akibat abrasi tambak dan rob mengalami perubahan perilaku yang bersifat negatif yaitu apriori, apatis dan mengalami gangguan jiwa. Selain itu, Akibat penurunan pendapatan para nelayan dan petani tambak tidak dapat menyekolahkan anaknya lebih tinggi. Maka, ada penduduk yang mengambil keputusan untuk mengadakan perpindahan ketempat lain yang diperkirakan dapat memperbaiki penghasilan mereka.

E. Peranan Pelestarian Hutan Bakau Sebagai Pencegahan Atau Pengurangan Terjadinya Erosi Pantai (Abrasi)
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi, diantaranya yaitu:
1. Penanaman kembali hutan bakau
2. Pelarangan penggalian pasir pantai
3. Pembuatan pemecah gelombang
4. Pelestarian terumbu karang
Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dalam merehabilitasi mangrove yang diperlukan adalah master plan yang disusun berdasarkan data obyektif kondisi biofisik dan sosial. Untuk keperluan ini, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam dapat memberikan kontribusi dalam penyusunan master plan dan studi kelayakannya. Dalam hal rehabilitasi mangrove, ketentuan green belt perlu dipenuhi agar ekosistem mangrove yang terbangun dapat memberikan fungsinya secara optimal (mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas ikan tangkapan serta penyerapan polutan perairan). Penyusutan terbesar terjadi di Jawa Timur, dari luasan 57.500 ha menjadi hanya 500 ha (8 persen), kemudian di Jabar, dari 66.500 ha tinggal kurang dari 5.000 ha. Sedangkan di Jateng, tinggal 13.577 ha dari 46.500 ha (tinggal 29 persen). Sementara luas tambak di Pulau Jawa adalah 128.740 ha yang tersebar di Jabar (50.330 ha), Jateng (30.497 ha), dan di Jatim (47.913 ha). Dikhawatirkan apabila di waktu mendatang dilakukan ekstensifikasi tambak dengan mengubah hutan mangrove atau terjadi pengrusakan dan penyerobotan lahan hutan mangrove, maka kemungkinan besar akan sangat sulit untuk mendapatkan hutan mangrove di Jawa, bahkan didaerah manapun di Indonesia ini. Hutan bakau atau hutan mangrove, selain sebagai pencegah terjadinya abrasi, juga memiliki fungsi lain bag kehidupan didaerah pantai, yaitu sebgai berikut.
1. Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup di sini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).
2. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian, atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.
3. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif.
6. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
7. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
8. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
9. Rekreasi dan pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Kegiatan wisata ini disamping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
10. Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.

11. Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.

12. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
13. Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
14. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.









BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Erosi pantai adalah proses terkikisnya material penyusun pantai oleh gelombang dan material hasil kikisan itu terangkut ke tempat lain oleh arus. Dari sudut pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-kekuatan asal laut, erosi pantai terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan asal darat. Erosi pantai dapat dicegah atau dikurangi salah satunya dengan cara melestarikan dan menanam tanaman bakau di daerah pantai untuk menahan material pantai.
B. Saran
Sebaiknya pelestarian hutan bakau tidak hanya dilakukan pada saat penanamannya saja, namun juga pada saat pemeliharaannya agar tanaman bakau dapat tumbuh dengan baik karena pada hakekatnya tanaman bakau yang baru ditanam termasuk sulit untuk tumbuh. Masyarakat harus mengambil peran dalam mengatasi masalah abrasi dan pencemaran pantai, karena usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti tanpa bantuan dari masyarakat.Ini termasuk penanaman dan pemeliharaan vegetasi pelindung pantai, seperti mangrove dan terumbu karang.