Cari Blog Ini

Rabu, 29 Desember 2010

Pee Wee Gaskins - Dari Mata Sang Garuda




Lirik Lagu Pee Wee Gaskins - Dari Mata Sang Garuda

coba berdiri dipuncak gunung tertinggi
tak sadarkah semua tlah kita miliki

dari mata sang garuda
memandang luas dari langit yang tinggi
bersatulah untuk

indonesia
kobarkan semangatmu
kan kubela sampai habis nafasku
jangan pernah menyerah
sudah terlalu lama kita terlelap
bangkit dan raih semua mimpi

jangan lupakan darah dan keringat
pemuda pemudi sebelum kita
tak kan tergantikan segala harta
jangan biarkan mereka mencuri
segala semua dari leluhur kita
buka mata, hati, dan telinga
sebelum semuanya sirna

dari mata sang garuda
memandang luas dari langit yang tinggi
bersatulah untuk

indonesia
kobarkan semangatmu
kan kubela sampai habis nafasku
jangan pernah menyerah
sudah terlalu lama kita terlelap
bangkit dan raih semua mimpi

indonesia dengarlah suaraku
kan kubawa sampai akhir langkahku
jangan pernah menyerah
sudah terlalu lama kita terlelap
merah putih kan slalu dihati

Barbie as Rapunzel

Minggu, 26 Desember 2010

Globalisasi




GLOBALISASI

Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Ada yang memandang globalisasi sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
• Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia
• Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
• Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
• Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
• Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Gerakan pro-globalisasi
Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Gerakan antiglobalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). "Antiglobalisasi" dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Namun, orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya. Globalisasi ini antara lain adalah Globalisasi Perekonomian dan Globalisasi Kebudayaan.
Kebaikan globalisasi ekonomi
• Produksi global dapat ditingkatkan
• Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu Negara
• Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
• Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
• Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Keburukan globalisasi ekonomi
• Menghambat pertumbuhan sektor industri
• Memperburuk neraca pembayaran
• Sektor keuangan semakin tidak stabil
• Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
• Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
• Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
• Berkembangnya turisme dan pariwisata.
• Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
• Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
• Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.

Rabu, 22 Desember 2010

All About GKC UNP

Yang saya ketahui mengenai GKC UNP:

Geo Kreatif. Com adalah sebuah organisasi yang berguna untuk penyaluran segala bentuk bakat, minat dan potensi yang positif demi peningkatan kualitas diri dan peningkatan manfaat dan kegunaan bagi masyarakat, bangsa dan negara. GKC ini berfokus pada pengembangan soft skill dikalangan mahasiswa, baik berupa public speaking, communication skill, kecerdasan emosional, dan sebagainya.
GKC UNP ini berdiri tepat pada peringatan hari pendidikan nasional yaitu tanggal 2 mei 2009. Awal mulanya beberapa orang anggota gkc mengadakan pertemuan di pg bello. Kemudian barulah dirintis sebuah wadah/organisasi dan perekrutan anggota. Anggota GKC dikenal dengan kru ten plus one (10 + 1) yang mulai menunjukkan eksistensi mereka dengan menggelar seminar nasional pendidikan "menjadi guru idola" dengan menghadirkan pembicara nasional bapak Hd. Iriyanto dari Yogyakarta di Auditorium LPP RRI Padang dengan peserta 400 orang. Dengan demikian, sampai sekarang dan seterusnya Insya Allah GKC akan terus eksis dan hadir selalu.

Tugas GKC UNP: resume kuliah umum mitigasi bencana

1. Indonesia terletak di dalam zona pertemuan antara 2 lempeng besar bumi yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Pernyataan baru-baru ini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan bahwa saat ini zona ini berpotensi mengalami atau menimbulkan gempa berkekuatan 8,9 SR yang akan disusul oleh gelombang tsunami dengan ketinggian + 6 meter dengan luas mencapai 2 kilometer dari pantai barat Sumatera dalam waktu dekat. Prediksi ini berdasarkan hasil dari simulasi gempa yang telah dilakukan oleh para peneliti mereka.
2. Patahan yang menyebabkan gempa tersebut merupakan patahan Nias-Mentawai yang terletak diantara Pulau Sumatera dan zona pertemuan lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Gempa besar yang terjadi di daerah Padang dan sekitarnya pada tanggal 30 September 2009 lalu beasal dai aktivitas patahan ini.
3. Sesar semangko merupakan bagian dari sesar Sumatera yang terletak di sepanjang Bukit Barisan, yang mana pada daerah Sumatera Barat melewati daerah solok, Danau Singkarak, hingga Ngarai Sianok di bukit tinggi. Terjadinya gempa besar pada tahun 1926 dan 2007 merupakan dari aktivitas sesar yang berupa gerakan vertikal.
Kesimpulan dari kuliah umum mitigasi bencana tersebut yaitu bahwa Pemerintah harus memindahkan pusat ibukota provinsi setempat ke daerah / tempat yang memiliki dataran yang lebih tinggi, karena mengingat wilayah Sumatera Barat yang rawan bencana, sehimgga yamg menjadi pertanyan saat ini adalah ada atau tidaknya kemungkinan pemindahan itu terjadi karena mengingat pusat perekonomian Sumatera Barat berada di kwasan pinggir pantai barat.

makalah studi masyarakat indonesia: suku batak

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak keberagaman budaya yang berbeda di setiap tempatnya. Kebudayaan atau budaya itu sendiri awalnya berasal dari bahasa sansekerta yaitu “budhi” yang berarti akal, dan “dayah” yang berarti kekuatan. Jadi, budaya adalah suatu kekuatan yang dimiliki masyarakat untuk menciptakan dan mengkreasikan hasil akal pikiran sehingga terciptalah suatu karya yang akhirnya menjadi kebudayaan suatu tempat. Budaya itu sendiri terwujud atas tiga bentuk, yaitu cipta (berupa rancangan/pemikiran/ide), rasa (berupa tindakan yang diwujudkan dalam tata karma), dan karsa (hasil karya manusia).
Salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia yang persentasi penggunanya lumayan banyak serta salah satu suku yang paling berpengaruh adalah kebudayaan batak. Budaya ini tepatnya berada di wilayah Sumatra yaitu Sumatra Utara. Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk mempresentasikan kebudayaan-kebudayaan batak yang diketahui secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kepercayaan-kepercayaan yang dianut oleh warga batak?
2. Bagaimana system kekerabatan pada budaya batak?
3. Apakah upacara pemakaman ni tartua itu?
4. Bagaimana prosesi jalannya pernikahan sesuai dengan adat batak?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis menulis makalah ini yaitu agar penulis dan peserta didik lainnya dapat mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada pada komunitas batak yang khususnya berada di wilayah batak, yaitu Sumatra Utara.



BAB II
PEMBAHASAN


A. Kekerabatan Suku Batak
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. cikal bakal Suku Batak berasal dari daerah Toba, Pulau Samosir, Sumatera Utara. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Karo, Pakpak, Toba, Simalungun, Mandailing, dan Angkola. Suku ini kebanyakan bermukim di Sumatera Utara dan terkenal akan logat bahasanya yang terkesan ‘keras’ bagi orang-orang luar. Padahal, bagi mereka logat seperti itu adalah keseharian yang mereka gunakan. Suku ini adalah salah satu suku yang paling berpengaruh di Indonesia di mana mereka banyak yang mengisi jabatan di pemerintah maupun posisi-posisi penting lainnya, seperti di bidang ekonomi.
Suku yang berdampingan dengan suku nias, minangkabau, gayo, alas, melayu, bugis, dayak dan rimba ini menggunakan tanda persaudaraan dengan menggunakan marga. Ada bermacam-macam marga di dalam sebuah lingkup suku Batak yang pastinya antar mereka terdapat perbedaan karena pengaruh geografis maupun orang yang berkuasa saat itu. Namun perbedaan tersebut malah menjadikan sebuah keanekaragaman yang menarik dalam kehidupan suku tersebut. Seperti dituturkan Gimmy Rusdin Sinaga, pengusaha yang bergerak di bidang jasa tenaga kerja berasal dari Batak Toba, tak dapat dipungkiri perbedaan antar suku itu pasti ada. Tapi masyarakat Batak menyikapinya dengan arif. Misalnya, bahasa orang-orang Batak Karo, Tapanuli Selatan dan Simalungun pastinya akan beda dengan Batak Toba. Jika logat yang diucapkan oleh orang Batak terkesan kasar dengan suara besar karena memang sudah tata budaya yang melekat. Hal ini tak lain adalah pengaruh kondisi geografis di Batak yang banyak terdapat pegunungan. Sehingga antar sesama orang Batak akan berbicara dengan suara lantang dan keras.
Nama Marga yang biasanya melekat di belakang nama orang Batak menunjukkan garis keturunan. Pengertian Marga hampir sama dengan trah dalam budaya Jawa. Sehingga orang Batak yang semarga secara emosional hubungannya akan lebih erat. Bahkan bisa lebih akrab dari saudara kandung sendiri. Bisa dikatakan kedekatan hubungan teritorial mengalahkan kedekatan hubungan biologis.
Budaya merantau bukan merupakan budaya dari suku Batak yang merantau ke daerah maupun pulau seberang. Di wilayah lain (perantauan), mereka ada yang bekerja maupun menuntut ilmu. Seperti halnya di Yogya yang terdapat ratusan orang-orang dari Batak, mereka yang masih muda-muda banyak yang kuliah di Yogya. Untuk masyarakat Toba di Yogya menurutnya kebanyakan adalah bekerja dan pensiunan karena banyak dari mereka yang masuk menjadi anggota militer.
Sekalipun mereka merantau, suku Batak selalu peduli dengan identitas sukunya, seperti berusaha mendirikan perhimpunan semarga atau sekampung dengan tujuan untuk menghidupkan ide-ide adat budayanya. Mereka mengadakan pertemuan secara berkala dalam bentuk adat ataupun silaturahmi. Hal ini juga dilakukan oleh perhimpunan orang-orang Batak di Yogya. Setiap marga memiliki jadwal pertemuan sendiri untuk sekadar silaturahmi. “Bedanya orang Batak dengan Jawa ketika hendak merantau sangat jelas. Jika orang Batak hendak merantau oleh orang tuanya akan didoakan dan dipestakan secara adat seraya mengatakan kalau belum sukses jangan pulang dulu. Sehingga jarang sekali terlihat orang Batak yang merantau dalam setahun pulang beberapa kali apalagi kalau belum dirasa cukup sukses mereka belum akan kembali ke kampung halaman. Nah, inilah yang menjadikan tanggung jawab besar orang Batak di perantauan,” katanya. Karya seni musik kerap kali ditampilkan dalam acara ritual di gereja-gereja, pernikahan, perhelatan adat Batak.
B. Kepercayaan
Sebelum suku Batak menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:
• Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
• Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
• Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka. Ada juga kepercayaan yang ada di Tarutung tentang ular (ulok) dengan boru Hutabarat, dimana boru Hutabarat tidak boleh dikatakan cantik di Tarutung. Apabila dikatakan cantik maka nyawa wanita tersebut tidak akan lama lagi, menurut kepercayaan orang itu.
Saat ini, kepercayaan yang mayoritas dianut oleh masyarakat batak adalah Islam dan Kristen. Islam masuk ke dalam masyarakat batak berawal dari terjadinya perang paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola. Namun penyerangan Paderi atas wilayah Toba, tidak dapat mengislamkan masyarakat tersebut, yang pada akhirnya mereka menganut agama Protestan. Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan masyarakat Karo, Pakpak, dan Dairi.
Sementara itu, Kristen masuk ke daerah batak diawali oleh Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner van der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka. Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan pada tahun 1893. Menurut H. O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.
Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Nasrani dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia-Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.
C. Falsafah dan Sistem Kemasayarakatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni Tungku nan Tiga atau dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu, yakni Hula-hula, Dongan Tubu dan Boru ditambah Sihal-sihal. Dalam Bahasa Batak Angkola Dalihan na Tolu terdiri dari Mora, Kahanggi, dan Anak Boru
• Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak). Sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
• Dongan Tubu/Kahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
• Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun burfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifak kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual. Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raji no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.
Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum laki-laki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.
D. Upacara Adat Batak Dalihan Na Tolu untuk Pemakaman Partuat Ni Natua Tua
Upacara pemakaman partuat ni natua tua merupakan pemakaman bagi orang tua usia lanjut yang di adakan sebagai bentuk penghormatan terhadap almarhum. Dalam adat Batak DNT ini, terdapat beberapa tingkatan pemakaman berdasar regenerasi almarhum. Almarhum akan dikatakan sempurna bila meninggal dengan memiliki nini (cicit dari anak laki-laki) atau nano (cicit dari anak perempuan).
Menurut HP Panggabean SH MS, tokoh adat Batak, upacara yang disebut mate saur matua bulung ini, merupakan upacara adat batak yang paling tinggi nilainya. Pasalnya, proses persiapan pelaksanaan dan upacara penutupannya akan dihadiri semua unsur DNT dari berbagai penjuru daerah, diikuti ruhut-ruhut paradaton yang sangat kompleks dan melelahkan. Akibat pengaruh modernisasi, upacara pemakaman yang didahului upacara adat partuat ni natua tua di tano parserakan (kota-kota perantauan) mulai bergeser.

E. Upacara Pernikahan Adat Batak
Berikut sedikit ulasan mengenai urut-urutan pra sampai pasca pernikahan adat Na Gok :
1. Mangarisika, adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita dalam rangka penjajakan.
2. Marhori-hori Dinding/marhusip, yaitu Pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum.
3. Marhata Sinamot, yaitu Pihak kerabat pria (dalam jumlah yang terbatas) datang oada kerabat wanita untuk melakukan marhata sinamot, membicarakan masalah uang jujur (tuhor).
4. Pudun Sauta, yaitu Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit berisi nasi dan lauk pauknya (ternak yang sudah disembelih) yang diterima oleh pihak parboru dan setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada anggota kerabat, yang terdiri dari :
• Kerabat marga ibu (hula-hula)
• Kerabat marga ayah (dongan tubu)
• Anggota marga menantu (boru)
• Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
• Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria bersepakat menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-masuon.
5. Martumpol (baca : martuppol), yaitu Penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas rencana perkawinan anak-anak mereka dihadapan pejabat gereja yang dilanjutkan dengan pemberkatan nikah (pamasu-masuon).
6. Martonggo Raja atau Maria Raja, adalah suatu kegiatan pra pesta/acara yang bersifat seremonial yang mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pesta/acara
7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan), yaitu pengesahan pernikahan kedua mempelai menurut tatacara gereja (pemberkatan pernikahan oleh pejabat gereja). Setelah pemberkatan pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah selesai seluruh acara pamasu-masuon, kedua belah pihak yang turut serta dalam acara pamasu-masuon maupun yang tidak pergi menuju tempat kediaman orang tua/kerabat orang tua wanita untuk mengadakan pesta unjuk. Pesta unjuk oleh kerabat pria disebut Pesta Mangalap parumaen (baca : parmaen)
8. Pesta Unjuk, yaitu suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan putra dan putri. Ciri pesta sukacita ialah berbagi jambar :
• Jambar yang dibagi-bagikan untuk kerabat parboru adalah jambar juhut (daging) dan jambar uang (tuhor ni boru) dibagi menurut peraturan.
• Jambar yang dibagi-bagikan bagi kerabat paranak adalah dengke (baca : dekke) dan ulos yang dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak.
9. Mangihut di ampang (dialap jual), Yaitu mempelai wanita dibawa ke tempat mempelai pria yang dielu-elukan kerabat pria dengan mengiringi jual berisi makanan bertutup ulos yang disediakan oleh pihak kerabat pria.
10. Ditaruhon Jual. Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria, maka mempelai wanita dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya ke tempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual upa manaru tidak dikenal.
11. Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si Panganon)
• Setibanya pengantin wanita beserta rombongan di rumah pengantin pria, maka diadakanlah acara makan bersama dengan seluruh undangan yang masih berkenan ikut ke rumah pengantin pria.
• Makanan yang dimakan adalah makanan yang dibawa oleh pihak parboru
12. Paulak Unea
• Setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari si wanita tinggal bersama dengan suaminya, maka paranak, minimum pengantin pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan dengan baik, terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa gadisnya (acara ini lebih bersifat aspek hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam pernikahan).
• Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung halamannya/rumahnya dan selanjutnya memulai hidup baru.
13. Manjahea. Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup berumah tangga (kalau pria tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan mata pencarian.
14. Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga). Beberapa lama setelah pengantin pria dan wanita berumah tangga terutama setelah berdiri sendiri (rumah dan mata pencariannya telah dipisah dari orang tua si laki-laki) maka datanglah berkunjung parboru kepada paranak dengan maksud maningkir tangga (yang dimaksud dengan tangga disini adalah rumah tangga pengantin baru). Dalam kunjungan ini parboru juga membawa makanan (nasi dan lauk pauk, dengke sitio tio dan dengke simundur-mundur). Namun, saat ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga langsung setelah acara adat ditempat acara adat dilakukan, yang mereka namakan “Ulaon Sadari”
Beberapa pengertian pokok dalam adat perkawinan:
1. Suhut , kedua pihak yang punya hajatan
2. Parboru, orang tua pengenten perempuan=Bona ni haushuton
3. Paranak, orang tua pengenten Pria= Suhut Bolon.
4. Suhut Bolahan amak : Suhut yang menjadi tuan rumah dimana acara adat di selenggrakan.
5. Suhut naniambangan, suhut yang datang
6. Hula-hula, saudara laki-laki dari isteri masing-masing suhut
7. Dongan Tubu, semua saudara laki masing-masing suhut ( Tobing dan Batubara).
8. Boru, semua yang isterinya semarga dengan marga kedua suhut ( boru Tobing dan boru Batubara).
9. Dongan sahuta, arti harafiah “teman sekampung” semua yang tinggal dalam huta/kampung komunitas (daerah tertentu) yang sama paradaton/solupnya.
10. Ale-ale, sahabat yang diundang bukan berdasarkan garis persaudaraan (kekerabatan atau silsilah) .
11. Uduran, rombongan masing-masing suhut, maupun rombongan masing-masing hula-hulanya.
12. Raja Parhata (RP), Protokol (PR) atau Juru Bicara (JB) masing-masing suhut, juru bicara yang ditetapkan masing-masng pihak
13. Namargoar, Tanda Makanan Adat , bagian-bagian tubuh hewan yang dipotong yang menandakan makanan adat itu adalah dari satu hewan (lembu/kerbau) yang utuh, yang nantinya dibagikan.
14. Jambar, namargoar yang dibagikan kepada yang berhak, sebagai legitimasi dan fungsi keberadaannya dalan acara adat itu.
15. Dalihan Na Tolu (DNT), terjemahan harafiah”Tungku Nan Tiga” satu sistim kekerabatan dan way of life masyarakat Adat Batak
16. Solup, takaran beras dari bambu yang dipakai sebagai analogi paradaton, yang bermakna dihuta imana acara adat batak diadakan solup/paradaton dari huta itulah yang dipakai sebagai rujukan, atau disebut dengan hukum tradisi “sidapot solup do na ro”.


















BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. cikal bakal Suku Batak berasal dari daerah Toba, Pulau Samosir, Sumatera Utara. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara.
Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Karo, Pakpak, Toba, Simalungun, Mandailing, dan Angkola. Suku ini kebanyakan bermukim di Sumatera Utara dan terkenal akan logat bahasanya yang terkesan ‘keras’ bagi orang-orang luar.
Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Nasrani dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya.
B. Saran
Sebagai generasi bangsa kita harus menyadari bahwa Indonesia memiliki bermacam-macam kebudayaan yang menjadi ciri khas setiap suku bangsa yang harus kita jaga dan lestarikan.


DAFTAR PUSTAKA

file:///F:/batak/pernikahan adat batak.html ; 3 oktober 2010; 17.17 WIB
file:///F:/batak/images%20batak.htm&biw=1024&bih=541 ; 3 oktober 2010; 17.16 WIB
file:///F:/batak/Suku_Batak.html ; 3 0ktober 2010; 17.15 WIB
http://www.medantalk.com/ulos-masih-terhormat-bagi-suku-batak/#ixzz12PokLosf ; 13 Oktober 2010 ; 10.15

Minggu, 21 November 2010

makalah tugas pklh; erosi pantai

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang bercirikan benua maritim dengan 176 kabupaten dan 30 kota dari sekitar 368 kabupaten dan kota, yang mempunyai wilayah pesisir dan laut (Sulasdi, 2001; 44). Kondisi ini dapat digunakan sebagai dasar kuat untuk mengatakan bahwa Indonesia sesungguhnya merupakan negara maritim. Kebanyakan masyarakat yang tinggal ditepi pantai, pantai merupakan tempat sumber perekonomian mereka. Namun, dalam hal tertentu, terdapat gejala alam yang disebabkan oleh perluasan daerah pemukiman yang membabibuta, yaitu terjadinya erosi pantai (abrasi).
Dari sudut pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-kekuatan asal laut, erosi pantai (abrasi) terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan asal darat. Erosi pantai (abrasi) dapat diprediksi kejadiannya berdasarkan pada pola arah angin dan kecepatan angin yang terdapat disuatu kawasan, orientasi garis pantai, konfigurasi garis pantai, dan material penyusun pantai. Erosi pantai (abrasi) saat ini sudah sering terjadi terutama didaerah pantai yang tidak terlindungai baik oleh vegetasi maupun pola hidup masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sebagai pengurangan terjadinya erosi pantai yaitu dengan melestarikan hutan bakau. Karena tanaman bakau memiliki akar yang kuat utuk menahan material-material pantai sehingga mengurangi terjadinya erosi di pantai (abrasi). Oleh karena itu, pada makalah ini akan mengulas sedikitnya tentang pelestarian hutan bakau sebagai upaya mencegah erosi pantai secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana erosi pantai dapat terjadi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya erosi pantai?
3. Dimana saja tempat-tempat yang telah mengalami erosi pantai (abrasi)?
4. Bagaimana keadaan pemukiman penduduk dan masyarakat yang berada di daerah pantai yang mengalami abrasi tersebut?
5. Bagaimana peranan hutan bakau dalam usaha pencegahan terjadinya erosi pantai?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui terjadinya proses erosi pantai.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya erosi pantai.
3. Untuk mengetahui tempat-tempat yang telah mengalami erosi pantai (abrasi).
4. Untuk mengetahui keadaan yang tampak pada pemukiman penduduk dan masyarakat yang berada di daerah pantai yang mengalami abrasi.
5. Untuk mengetahui peranan hutan bakau dalam usaha pencegahan terjadinya erosi pantai.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya Erosi Pantai (Abrasi)
Erosi pantai atau sering juga disebut abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Abrasi dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan. Selain faktor alam, abrasi juga disebabkan oleh faktor manusia, misalnya penambangan pasir. Penambangan pasir sangat berperan banyak terhadap abrasi pantai, baik di daerah tempat penambangan pasir maupun di daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai.
Dalam skala waktu besar, jangka panjang, erosi pantai berlangsung terus menerus sampai kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai tercapai atau keseimbangan berubah karena perubahan kondisi lingkungan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam jangka pendek, temporer, erosi pantai terjadi pada saat musim angin tertentu berlaku, dan berhenti ketika musim berganti.
B. Penyebab Terjadinya Erosi Pantai (Abrasi)
Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Contoh yang sering kita jumpai belakangan ini adalah masalah abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Masalah ini harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini. merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui, pemanasan global terjadi karena gas -gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es it u mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan pencemaran lingkungan. Selain itu, pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya yang secara berlebihan juga menjadi salah satu penyebab abrasi walaupun tidak secara langsung.
Penyebab lainnya yaitu pada saat terjadinya bencana tsunami, yang mana pada saat tsunami berlangsung, pecahan ombak juga ikut memecah material yang ada didarat sehingga terjadi pengikisan di daerah pantai.
C. Tempat Yang Telah Mengalami Abrasi
Di Indonesia, ada banyak tempat yang mengalami abrasi, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Bengkulu
Wilayah pesisir Kota Bengkulu berada di bagian barat pulau Sumatera, yang berhadapan Iangsung dengan Samudera Indonesia. Keberadaan ini menyebabkan Pantai Kota Bengkulu banyak menerima limpasan-limpasan gelombang baik berupa gelombang karena angin, gelombang karena fluktuasi muka air laut dan anus yang menyusur pantai. Akibatnya terjadi abrasi pada pantai tersebut sehingga mengakibatkan adanya perubahan garis pantai. Kerusakan lingkungan oleh proses abrasi telah berlangsung lama, sehingga mengganggu aktivitas nelayan yang merupakan kegiatan sehari-hari masyarakat di wilayah pesisir Kota Bengkulu. Selain itu juga abrasi mengancam keberadaan permukiman masyarakat yang berada di pantai tersebut, sehingga mengganggu perekonomian di Kota Bengkulu.
Fenomena lain akibat dari proses abrasi adalah terjadinya proses sedimentasi, sehingga terjadinya pendangkalan pada daerah pelabuhan yang mengganggu proses bongkar muat di pelabuahan tersebut. Untuk mengatasi kejadian abrasi dan sedimentasi di atas perlu dilakukan pengamanan pantai dengan memberikan perlindungan pantai baik berupa fisik maupun alami serta adanya pengelolaan lingkungan wilayah pesisir yang terpadu. Pengaruh dan proses abrasi di wilayah pesisir Kota Bengkulu yang umumnya terjadi dikarenakan oleh alam, begitu besar dan signifikan maka perlu dilakukan perlindungan terhadap pantai dengan penelitian yang berhubungan dengan gejala alam tersebut, seperti melakukan analisis terhadap gelombang, pasang surut, anus menyusur pantai dan proses transpor sedimen. Dari hasil analisis tersebut akan didapat bentuk bangunan pelindung pantai yang sesuai dengan kerusakan lingkungan di wilayah tersebut.
2. pesisir pantai wilayah kabupaten Indramayu
Di daerah pesisir pantai wilayah kabupaten Indramayu juga pernah mengalami abrasi. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter pertahun dan sekarang dari panjang pantai 114 kilometer telah tergerus 50 kilometer. Dari 10 kecamatan yang memiliki kawasan pantai, hanya satu wilayah kecamatan yakni kecamatan Centigi yang hampir tidak memiliki persoalan abrasi. Hal ini karena di wilayah kecamatan Centi gi kawasan hutan mangrove yang ada masih mampu melindungi kawasan pantai dari abrasi sehingga tidak terlalu merusak kawasan pesisir.
3. Pantai Pelabuhanratu
Didaerah ini terjadi abrasi lantaran kuatnya empasan gelombang laut selatan dan pengrusakan ekosistem di daerah pesisir tersebut. Untuk itu, pemerintah daerah setempat tengah membangun alat penahan ombak sebagai bagian dari penataan kawasan pesisir.
D. Dampak Erosi Pantai Terhadap Daerah Pesisir Pantai, Pemukiman Penduduk dan Masyarakatnya
Abrasi yang merupakan salah satu hasil dari kerusakan di lam memiliki dampak negatif yaitu antara lain:
 Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai
 Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang begitu besar.
 Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau
Selain itu, di beberapa tempat di areal pesisir dan pertambakan yang telah terkikis (abrasi pantai) dan rob yang lebih dalam ke daratan. Tambak-tambak udang yang terkikis menjadi hilang dan berubah kondisinya menjadi laut dan akibat pemanasan global menyebabkan air masuk lebih dalam. Hilangnya tambak akibat terkikis, menghilangkan pendapatan sebagian petani tambak yang dahulunya termasuk golongan petani ‘kaya” menjadi tidak “kaya”. Kondisi ini akan mengubah perilaku petambak yang tadinya sebagai “juragan” berubah menjadi “bukan juragan”.
Perubahan perilaku masyarakat dapat bersifat intern maupun ekstern dan dapat bersifat positif maupun negatif. Intern dalam arti perilaku keseharian yang menyangkut diri sendiri seperti rasa apatis, apriori, traumatik dan lain-lain, sedang ekstern adalah perilaku keseharian yang menyangkut terhadap orang lain baik di dalam keluarga maupun luar keluarga seperti kerjasama, paternalistis dan lain-lain. Peningkatan pendapatan mengakibatkan perubahan perilaku masyarakat yang ke arah konsumtif, pemikiran yang lebih maju dan merubah perilaku sosial secara menyeluruh. Namun sebaliknya kondisi saat ini di kawasan pertambakan Demak mengalami pendapatan yang menurun atau dapat dikatakan kesejahteraannya menurun, maka yang terjadi adalah munculnya kemiskinan baru, daya serap tenaga kerja menurun dan masyarakat kawasan pesisir yang terimbas ikut menurun. Perubahan pendapatan akan mengubah perilaku masayarakat tersebut.
Karena adanya pengurangan atau perubahan baik dari hasil pendapatan (menurunnya perekonomian), kesehatan dan sebagainya,maka tidak sedikit penduduk yang mengalami penurunan pendapatan akibat abrasi tambak dan rob mengalami perubahan perilaku yang bersifat negatif yaitu apriori, apatis dan mengalami gangguan jiwa. Selain itu, Akibat penurunan pendapatan para nelayan dan petani tambak tidak dapat menyekolahkan anaknya lebih tinggi. Maka, ada penduduk yang mengambil keputusan untuk mengadakan perpindahan ketempat lain yang diperkirakan dapat memperbaiki penghasilan mereka.

E. Peranan Pelestarian Hutan Bakau Sebagai Pencegahan Atau Pengurangan Terjadinya Erosi Pantai (Abrasi)
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi, diantaranya yaitu:
1. Penanaman kembali hutan bakau
2. Pelarangan penggalian pasir pantai
3. Pembuatan pemecah gelombang
4. Pelestarian terumbu karang
Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dalam merehabilitasi mangrove yang diperlukan adalah master plan yang disusun berdasarkan data obyektif kondisi biofisik dan sosial. Untuk keperluan ini, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam dapat memberikan kontribusi dalam penyusunan master plan dan studi kelayakannya. Dalam hal rehabilitasi mangrove, ketentuan green belt perlu dipenuhi agar ekosistem mangrove yang terbangun dapat memberikan fungsinya secara optimal (mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas ikan tangkapan serta penyerapan polutan perairan). Penyusutan terbesar terjadi di Jawa Timur, dari luasan 57.500 ha menjadi hanya 500 ha (8 persen), kemudian di Jabar, dari 66.500 ha tinggal kurang dari 5.000 ha. Sedangkan di Jateng, tinggal 13.577 ha dari 46.500 ha (tinggal 29 persen). Sementara luas tambak di Pulau Jawa adalah 128.740 ha yang tersebar di Jabar (50.330 ha), Jateng (30.497 ha), dan di Jatim (47.913 ha). Dikhawatirkan apabila di waktu mendatang dilakukan ekstensifikasi tambak dengan mengubah hutan mangrove atau terjadi pengrusakan dan penyerobotan lahan hutan mangrove, maka kemungkinan besar akan sangat sulit untuk mendapatkan hutan mangrove di Jawa, bahkan didaerah manapun di Indonesia ini. Hutan bakau atau hutan mangrove, selain sebagai pencegah terjadinya abrasi, juga memiliki fungsi lain bag kehidupan didaerah pantai, yaitu sebgai berikut.
1. Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup di sini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).
2. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian, atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.
3. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif.
6. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
7. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
8. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
9. Rekreasi dan pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Kegiatan wisata ini disamping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
10. Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.

11. Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.

12. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
13. Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
14. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.









BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Erosi pantai adalah proses terkikisnya material penyusun pantai oleh gelombang dan material hasil kikisan itu terangkut ke tempat lain oleh arus. Dari sudut pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-kekuatan asal laut, erosi pantai terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan asal darat. Erosi pantai dapat dicegah atau dikurangi salah satunya dengan cara melestarikan dan menanam tanaman bakau di daerah pantai untuk menahan material pantai.
B. Saran
Sebaiknya pelestarian hutan bakau tidak hanya dilakukan pada saat penanamannya saja, namun juga pada saat pemeliharaannya agar tanaman bakau dapat tumbuh dengan baik karena pada hakekatnya tanaman bakau yang baru ditanam termasuk sulit untuk tumbuh. Masyarakat harus mengambil peran dalam mengatasi masalah abrasi dan pencemaran pantai, karena usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti tanpa bantuan dari masyarakat.Ini termasuk penanaman dan pemeliharaan vegetasi pelindung pantai, seperti mangrove dan terumbu karang.

Senin, 20 September 2010

mudik arus balik

perjalanan semalam dari jambi ke padang tak begitu buruk. jalanan tak licin. tapi sayang dan sangat disesalkan, ban mobil bus yang kutumpangi bocor 2 kali. karena itu, perjalanannya jadi lebih lama. seharusnya bisa sampai diloket jam 6 pagi, namun akhirnya sampai jam setengah sembilan baru sampai loket yang di cengkeh...
menyedihkan....

Minggu, 27 Juni 2010

bedah buku geografi tanah

Bedah Buku Geografi Tanah

Identitas buku:
- Judul Buku : Geografi Tanah
Suatu Tinjauan Teoritis, Metodologis, dan Aplikasi Proposal Penelitian
- Judul sub-bab : 3.2. Proses-Proses Pembentukan Tanah
- Penulis : - Dr. Dedi Hermon M.P
- Dr. Khairani, M.Pd
- Penerbit : Yayasan Jihadul Khair Center
- Cetakan ke- : 1 (satu)
- Tahun Terbit : 2009

Ringkasan:
3.2. Proses-Proses Pembentukan Tanah
Pelapukan merupakan penghancuran fisika dan kimia dari batu-batuan yang sudah berjalan sebelum proses pembentukan tanah berlangsung sampai tidak ada lagi bahan-bahan untuk dilapuk yang terjadi baik dibawah solum maupun didalam solum.
3.2.1. Dekomposisi
Dekomposisi atau pelapukan kimia berlangsung dalam kondisi tanah cukup air. Dekomposisi akan menyebabkan perubahan sebagian atan seluruh mineral menjadi mineral baru.
Dekomposisi oleh tumbuh-tumbuhan, didaerah perakaran proses pelapukan berlangsung cepat, hal ini disebabkan oleh adanya sexret akan bersifat masam.
Dekomposisi oleh mikroorganisme, metabolisme dari mikroorganisme menghasilkan karbondioksida, asam anorganik, dan asam organik. Mikroorganisme juga dapat mengadakan dekomposisi silikat, fosfat dan karbonat secara langsung.
Dekomposisi oleh hewan, sisa-sisa vertebrata akan menghasilkan karbondioksida, nitrat dan senyawa yang dapat mempercepat proses dekomposisi. Sehingga, terutama semut dan rayap mengangkut bahan organik kedalam tanah yang telah terbentuk dengan membuat liang-liang yang dapat meresapkan air dan udara kedalam tanah, sehingga akan mendukung proses dekomposisi. Cacing berfungsi untuk memisahkan butir-butir tanah yang halus dari bagian kasar dan mencampurkan dengan bahan organik tanah.
Dekomposisi Geokemik,
1) Oksidasi, merupakan berkurangnya elektron atau muatan negatif yang terjadi akibat perubahan oksigen kedalam tanah. Oksidasi selalu diikuti dengan penambahan volume, sehingga akan mempertinggi kepekaan bahan terhadap pelapukan lanjutanreaksi oksidasi di satu pihak danreduksi dipihak lain. Akibatnya menyebabkan warna tanah menjadi merah atau ditemukan bercak-bercak merah dalam tanah.
2) Reduksi, terjadi pada daerah atau tanh-tanah yang tergenang air atau pada tanah-tanah dengan tata udara yang buruk, persediaan oksigen rendah sedangkan kebutuhan organisme akan oksigen cukup tinggi.
3) Hidratasi, mineral yang terendam air. Akibat dari proses ini, mineral akan lunak dan larutnya makin tinggi, sehingga akan memperbesar kepekaan bahan induk terhadap proses pelapukan,
4) Hidrolisis, merupakan disosiasi molekul H2O menjadi H+ dan OH- sehingga akan menimbulkan reaksi asam (H+) atau basa (OH-) yang terjadi akibat kandungan air yang cukup dalam tanah
Dekomposisi hidrolisis selama beberapa penggantian ion alkali atau alkali tanah dalam lapisan kisi mineral oleh ion H+, sehingga akan menghasilkan pembentukan asam-alumino-silikat atau asam ferosilikat dan bebasnya hidroksida-alkali tanah. Hasil imum hidrolisis adalah desilifikasi, dealkalisasi, dan pembentukan senyawa baru.
Dekomposisi podemik, proses dekomposisi yang terjadi di dalam tubuh tanah adalah umumnya proses redox (reduksi-oksidasi) yang berlangsung secara bersamaan atau berganti-ganti.
3.2.2. Desintegrasi
Desintegrasi atau pelapukan fisika dapat disebabkan oleh pengaruh temperatur, air, dingin, cuaca, dan glacier. Desintegrasi adalah proses mekanik, dimana batuan-batuan massif (tidak lepas) pecah menjadi fragmen-fragmen yang berukuran kecil tanpa adanya perubahan sifat kimia.
Desintegrasi akibat temperatur, batuan tersusun atas berbagai mineral yang mempunyai koefisien expasi dan kontraksi berlainan, maka fluktuasi temperatur menyebabkan pecahnya batuan menjadi butir-butir mineral tunggal. Isolasi dari matahari akan menyebabkan terjadinya fluktuasi temperatur pada siang hari dan malam hari.
Desintegrasi akibat air, makin cepat air mengalir makin besar pula daya angkutnya, sadengkan makin miring permukaan tanah makin cepat air mengalir sehingga menibulkan proses pengikisan pada batuan.
Desintegrasi akibat aingin, angin dalam kecepatan besarmampu mengangkut batuan dan selanjutnya bahan yang diangkutnya sanggup pula mengikis dan memecahkan batuan. Proses desintegrasi ini merupakan akibat perbedaan temperatur, maka proses ini banyak terjadi didaerah kering (gurun pasir).
Desintegrasi akibat cuaca yang membekukan, terjadi bila temperatur mencapai titik beku sedangkan batuan juga mengandung air, sehingga terjadi proses pembekuan air dalam batuan. Syarat utama terjadinya desintegrasi ini adalah adanya retakan-retakan dalam batuan yang dapat mengabsorbsi air.
Desintegrasi oleh makhluk hidup, pertumbuhan akar akan mengadakan tekanan yang kuat, sehingga dapat memecahkan batuan yang disusupi oleh akar tersebut diikuti oleh proses dekomposisiakibat keluarnya excret-excret tertentu dari akar, umumnya terjadi di daerah tropika basah , disebut dengan altemsi.

Kelebihan buku:
1. Setiap penjelasan yang diberikan diperjelas dengan contoh.
2. Penjelasan dilengkapi dengan skema pelapukan bahan.
3. Bahasa yang digunakan ringkas dan langsung pada pokok penjelasan.
Kelemahan buku:
1. Hanya menguraikan pelapukan secara umum.
2. Tidak menjelaskan kelanjutan proses pembentukan tanah setelah pelapukan.

Buku Pembanding

- Judul buku : Ilmu Tanah
- Penulis : Prof. Dr. Ir. H Sarwono Hardjowigeno M.Sc
- Penerbit : CV Akademika Pressindo
- Tahun terbit : 2005
- Cetakan ke- : 5 (lima)

Selasa, 08 Juni 2010

laporan hasil observasi fisik angkatan 2009

LAPORAN OBSERVASI FISIK DI DAERAH KAMBANG
KECAMATAN LENGAYANG
KABUPATEN PESISIR SELATAN






Dosen Pembimbing:
Febriandi

Disusun Oleh :
Hani Maryani 13180
Venny Septeni 13134
Lusy Agusyafarianti 13136
Dewi Suryani 13178
Melly Juna Setri 13164
Irma 13172
Putri Muhaiminah A 13176
Hilda Safitri 13160
Sesra Yusti 13168
Amelia Yudestri 13158
Darul Hasanah 13166
Rahmad Safardinus 13170
Megawati 13162

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010








KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah yang telah menciptakan bumi dan isinya yang melimpah ruah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan observasi yang berjudul “Laporan Observasi Fisik di Daerah Kambang Kecematan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan” ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan saran serta masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memperdalam pengetahuan tentang bentukan lahan yang ada di kecamatan Lengayang, khususnya kampong Koto Baru. Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya laporan ini. Penulis berharap, semoga laporan ini akan dapat mencapai tujuan dan dapat memberikan sumbangan ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan mahasiswa lainnya. Demikianlah penulis ucapkan terimakasih.
Wassalam

Tim Penulis






DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Metode Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Tinjauan Pustaka 3
1.2 Hasil Observasi 13
1.2.1 Angket 13
1.2.2 Penjelasan Angket 20
BAB III KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25









BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan suatu mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa goegrafi minimal 3 kali selama kuliah S1 di jurusan Geografi, FIS, Universitas Negeri Padang. Pelaksanaan KKL ini dilaksanakan dibawah bimbingan dosen pembimbing jurusan geografi universitas negeri padang. Untuk tahun pertama, KKL ini hanya melakukan observasi (pengamatan). Dalam pelaksanaannya observasi ini terbagi dua, yaitu observasi fisis dan observasi social.
Observasi fisis adalah pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap alam untuk memperoleh suatu data yang mencakup semua bidang ilmu geografi fisis seperti geologi, geomorfologi, geografi tanah, klimatologi, hidrologi serta lahan/penutup lahan dan diterapkan secara interdisiplinir (penggabungan dari masing-masing disiplin ilmu) sesuai dengan topic yang menjadi kajian geografi fisis pada KKL tersebut.
Tujuan dari observasi fisis yang dilakukan dalam kegiatan KKL ini adalah untuk pengaplikasian materi yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa di bangku perkuliahan (in door).
Dari uraian tersebut, maka penulis ingin mengajak pembaca untuk mengetahui lebih lanjut mengenai materi dan hasil dari observasi yang telah dilakukan penulis dalam pelaksanaan observasi yang dilakukan pada kegiatan KKL pada hari jum’at, tanggal 7 Mei 2010 yang lalu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bentukan lahan apa saja yang terdapat di kampong Koto Baru, Kanagarian kambang, kecamatan lengayang?
2. Bagaimana kenampakan geomorfologi di masing-masing bentuk lahan tersebut?
3. Bagaimanakah kenampakan geologi di masing-masing bentukan lahan tersebut?
4. Bagaimanakah singkapan batuan pada masing-masing bentukan lahan tersebut?
5. Bagaimanakah kenampakan tanah, hidrologi dan vegetasi pada masing-masing bentukan lahan tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentukan lahan apa saja yang terdapat di kampong Koto Baru, Kanagarian kambang, kecamatan lengayang.
2. Untuk mengetahui bagaimana kenampakan geomorfologi di masing-masing bentuk lahan tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana saja kenampakan geologi di masing-masing bentukan lahan tersebut.
4. Untuk mengetahui bagaimanak saja singkapan batuan pada masing-masing bentukan lahan tersebut.
5. Untuk mengetahui bagaimana saja kenampakan tanah, hidrologi dan vegetasi pada masing-masing bentukan lahan tersebut.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan observasi ini adalah sebagai berikut:
1. Studi pustaka (memperoleh informasi dari buku dan internet).
2. Observasi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka
Deskripsi Fisik Wilayah Penelitian
A. Klasifikasi Bentuklahan Daerah Penelitian
Bentuk lahan merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang beroperasi di permukaan bumi. Proses geomorfologi tersebut menyangkut semua perubahan fisik maupun kimia yang terjadi di permukaan bumi oleh tenaga geomorfologis.
Klasifikasi bentuklahan bertujuan menyederhanakan bentang lahan yang kompleks di permukaan bumi menjadi unit-unit sederhana (bentuklahan) yang mempunyai kesamaan dalam sifat dan perwatakannya. Berdasarkan teori di atas daerah penelitian dapat diklasifikasikan kedalam dua bentuklahan yaitu bentuklahan asal proses fluvial dan vulkanis. Bentuklahan asal proses fluvial tersebar sepanjang aliran sungai, sedangkan bentuklahan vulkanis tersebar pada perbukitan yang ada di sekitar daerah penelitian.
B. Kondisi Geologi
Berdasarkan peta Geologi Lembar Painan skala 1 : 250.000 diterbitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi 1996, daerah penelitian terdiri dari tiga satuan batuan itu :
a. Qal (Aluvium)
Terdiri dari lanau pasir dan kerikil. Batuan ini menyebar sepanjang dataran rendah hasil endapan sungai dan endapan laut.
b. Tomp (batuan gunung api oligo-miosen)
Batuan gunung api terdiri dari lava, breksi, breksi tuf, tuf hablur, iqnimbrit, dan tuf sela. Kebanyakan bersusun andesitan dan dasitan. Tuf hablur mengandung banyak feldspar dan kuarsa dengan massa dasar serisit, mineral lempung dan gelas termasuk alkosa, servik bintumin, batu bara serpihan, batu pasir tufan, serpih tufan. Dalam formasi ini termasuk batuan sedimen berumur miosen awal tebalnya mencapai 700 m, di lembar painan dinamakan formasi painan.
c. Qou (batuan gunung api asam yang tak terpisahkan)
Batuan ini terdiri dari lava, tuf hablur dan kaca, tuf, breksi tuf, iqnimbrit dan obsidianyang asam sampai menengah. Obsidian terdapat di hulu sungai tebo, di bukit cermin. Batuan ini bersusunan dasitan.
C. Kondisi Geomorfologi
Daerah penelitian secara geomorfologis terdiri dari 2 bentuklahan yaitu bentuklahan asal proses fluvial dan bentuk lahan asal proses vulkanis.
 Bentuklahan Asal Proses Fluvial
Satuan bentuk lahan fluvial berasal dari air yang mengalir, disini terjadi proses pengikisan /erosi , transportasi, deposisi/ sedimentasi(diendapkan).
1. Erosi
Erosi oleh sungai adalah pelepasan secara progresif material dasar dan tebing sungai. Erosi sungai dapat berupa:
Hydraulic action
Proses pelompatan material bias berupa tabrakan sehingga material tersebut menjadi kecil, biasa juga pertemuan antara dua unsure terjadi perlepasan batuan dan aliran material sehingga dibawa oleh aliran sungai. Seperti kerikil, pasir dan lempung.
Korasi /Abrasi
Proses pelepasan secara mekanis material alur sungai (kekuatannya lebih lemah dari pada proses hidrolis).
Korasi
Proses pelapukan secara kimia akibat reaksi asam dan solusi, terutama terjadi pada batuan gamping.

2. Transportasi sedimen sungai
Trasportasi oleh sungai disebabkan oleh adanya kekuatan aliran sungai yang sering, dikenal dengan istilah kompetensi sungai yaitu kecepatan aliran tertentu yang mampu mengangkut sedimen dengan diameter tertentu. Besarnya sedimen yang terangkut tergantung pada:debit sungai, material sungai dankecepatan aliran-aliran.
3. Sedimentasi
Berupa :
o Dissolved load (muatan terlarut)
Dimana susah membedakan air dengan bahan sedimennya
o Suspended load(muatan melayang)
Ukurannya lebih besar dibandingkan muatan terlarut
o Bed load (muatan dasar)
Biasanya berupa pasir dan kerikil
Pada proses geomorfologi erosi vertikalnya sudah mengalami kerusakan berat hal ini terlihat dari dinding-dinding sungai yang runtuh maupun bekas runtuhan dinding sungai tersebut. Erosi Lateral pada sungai ini mengalami aktivitas / lokasi kerusakan sedang hal ini dibuktikan salah seorang dari kami berdiri ke arah tengah sungai tersebut kakinya dihantam oleh kerikil-kerikil kecil. Sedimentasi Fluvial daerah tersebut adalah :
1. Sedimentasi yang terjadi di bagian hulu di bagian pinggir sungai sedimentasinya sedang dan bagian tengah hulu sungainya juga sedang. Pada bagian tengah sungai tikungan meandernya ringan
2. Sedimentasi yang terjadi di bagian tengah-tengah sungai mengalami sedimentasi sedang, pinggir sungai dan tikungan meandernya ringan
Pada saat sungai banjir, maka hidrolic action dapat melepas dan mengangkut material sedimen dalam jumlah yang sangat besar, tidak hanya dari dasar sungai saja, akan tetapi juga mengerus material sepanjang tebing tanggul sungai. Akibatnya tanggul sungai mengalami kerusakan dan terjadilah slumping.
Bentuk lahan ini berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dataran alluvial. Secara alami proses yang diakibatkan oleh kerja sungai terdiri atas 3 yaitu erosi, transportasi, dan penimbunan.
Menurut van sleen dalam karim (2008) kondisi alam dari sedimen fluviatil tergantung pada:
• Muatan sedimen pada tubuh perairan yang dikontrol oleh kecepatan aliran, gradient, dan pasok muatan sedimen.
• Luas dan kondisi alami daerah aliran sungai, termasuk di dalamnya geologi, iklim, relief, tanah.
• Air, meliputi kecepatan, kuantitas dan arah aliran air serta variasinya dari waktu ke waktu.
Bentuklahan asal proses fluvial terdiri dari satuan bentuklahan seperti:
• Daratan alluvial.
Daratan alluvial mempunyai topografi datar sebagai hasil pengendapan alluvium di kiri kanan sungai. Endapan ini terjadi akibat adanya luapan air sungai yang membawa sedimen disaat banjir.
• Dasar sungai (oxbow lake)
Dasar sungai yang dimaksud adalah dasar sungai yang sudah tidak aktif (sungai mati). Tidak aktifnya sungai mati itu akibatditinggalkanya alur sungai oleh aliran sungai dan pindh ke tempat lain.. perpidahan tersebut dapat berupa pemotongan alur sungai utama sehingga aliran sungai terhenti atau pindah ke alur lainya. Pemotongan alur sungai ini terjadi pada umumnya pada sungai yang telah mengalami meander maupun penyundetan sungai.
Sungai yang telah mengalami meandering tersebut akan membentuk semacam tapak kuda(oxbow) dan apabila telah terisi air dan menggenang disebut dengan danau tapat kuda.
• Rawa belakang.
Rawa beakang merupakan salah satu bentuk lahan yang mempunyai evaluasi sangat rendah sehingga dapat dikatan sebagai sepanjang tahun tergenang oleh air. Pada umumya dicirikan oleh adanya vegetasi air seperti: welingi, enceng gondok, tanaman bunga terompet serta vegetasi yang mengpung serta ang pada umumyadibelakang tanggul alam.
Kadang kala daerah yang selalu digenangi air tersebut relative jauh dar sungai akan tetapi ia merupakan daerah yang mempunyai elevasi yang paling rendah diantera system fluvial lainya dan memanjang sejajar aliran sungai yang masih aktif.
• Kipas Aluvial
Merupakan kipas atau kerucut rendah dari akumulasi gravel dan pasir terjadi pada mulut suatu jeram atau lembah pada suatu pegunungan yang berbatasan dengan dataran. Alur sungai dalam suatu kipas ditandai adanya system pendistribusi alur yang radial dan braided mulai dari kepala (apex) dengan lembah yang sempit dan dalam apex berangsur-angsur kebawah kipas tingkat braided sungainya bertambah besar.
• Crevasse-splays
Ketika terjadi banjir besar jumlah air dan sedimen yang melimpah ke daratan banjir sekitar sungai juga besar. Sebagian besar luapan terjadi pada bagian tangggul alam yang rendah (cekung).sehingga mampu membuat tanggul jebol. Dengan jebolnya tanggul tersebut maka aliran sedimen yang dalam jumlah tinggi keluar dan diendapkan di depan tanggul yang jebol tersebut. Pada umumnya pada bagian tanggul yang rawan jebol tersebut adalah pada bagian sungai yang membelok dengan tajam. Oleh karena itu pada umumnya endapan crevasse spalys diluar tanggul sungai bagian lengkungan luar. Pola alur sungai adalah disvergen dan terdapat ledokan yang dalam tepat didepan tanggul yang bobol karena proses pengerusan air.
• Tanggul alam
Merupakan akumulasi sedimen berupa igir/tanggul memanjang dan membatasi alur sungai. Tanggul alam mempunyai struktur berlapis karena terbentuk oleh seasri endapan sedimen pada saat banjir meluap melampaui tanggul sungai. Akibatnya kecepatan aliran yang menurun maka terjadilah pengendapan sedimen.
• Point Bar
Merupakan kenampakan morfologik yang sedang mengalami meanderingdan pada saat yang bersamaan pengendapan point bar merupakan proses sedimentasi yang dominan didalam alur sungai tersebut.secara keseluruhan tekstur dari material point bar tergantung pada keadaan sedimen yang terangkut pada saat banjir terjadi.
• Dataran Banjir (Floodplain)
Secara periodik bentuk lahan ini digenangi oleh banjir dengan luapan sungai didekatnya atau dari akumulasi aliran permukaan bebas maupn hujan local.topografi datar dengan elevasi yang rendah , selain itu letaknya juga dikiri kanan sungai, atau dekat dengan pantai sehingga akibat pengaruh pasang naik air laut maka daerah itu sangat mudah untuk terjadi genangan air. Apalagi datangnya pasang naik bersamaan dengan datangnya debit tinggi dari daerah buritan
Bentuk ini tersusun dari timbunan material lepas yang berasal dari sedimen yang terangkut sungai di dekatnya. Mempunyai topografi datar dan merupakan daerah yang sering tergenang banjir
• Cekungan Fluvial (Fluvial Flood Basin)
Cekungan fluvial merupakan bagian terendah dari dataran banjir sungai, ukuran dan bentuk cekungan fluvial biasanya memanjang dan sejajar dengan arah alur sungai.
• Teras alluvial
Teras adalah bentuk lahan yang dibatasi oleh dataran yang belereng curam disuatu sisi dan lereng disisi lain. Teras a;uvial terjadi pada endapan alluvium yang mengisi dasar lemah (agradasi)
• Delta.
Seperti halnya kipas alluvial, maka delta merupakan bentuk lahan yang berkaitan erat dengan kondisi daerah aliran sungai pemasok sedimen. Hanya perbedaannya adalah bahwa delta terletak dimuara sungai pada laut dangkal.
Apabila sungaimengalir masuk kelaut atau ketubuh perairan tenang seperti danau, maka akan terbentuk delta.

 Bentuklahan Asal Proses Vulkanis
Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi.
Bentuk lahan asal proses vulkanis didaerah penelitian terdiri darinsatuan bentuklahan perbukitan vulkanis, dataran kaki perbukitan vulkanis, lereng atas, lereng tengah, dan lereng kaki vulkanis.dengan penggunaan kebun dan ladangsedangkan pada perbukitan yang tinggi tertutup hutan semak belukar. Bentuk topograafi daerah ini bergelombang sampai curam dengan kemiringan 8%-65%.
Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentukan yang secara makro disebut bentukan vulkanik.
Bentuklahan asal proses vulkanik yang terdapat didaerah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dataran alluvial vulkanik dengan kemiringan 0-8%
2. Lereng Kaki (foot slope) dengan kemiringan 8-15% ditandai dengan daerah yang landai
3. Lereng bawah (lower slope) dengan kemiringan 15-25% , umumnya ditandai dengan vegetasi pinus dan cemara.
4. Lereng Tengah (middle slope) dengan kemiringan 25-45%umumnya dengan vegetai yang bervariasi, didaerah ini banyak terdapat alur-alur bekas erosi
5. Lereng Atas (Upper slope) dengan kemiringan lebih dari 45% , ditandai dengan adanya tumbuhan lumut dan vegetasi yang bervariasi.
Bentuk lahan bentukan asal fulkanis ini lebih didasarkan pada material atau batuan penyusun berupa batuan fulkanis dengan berbagai jenisnya.
D. Geografi Tanah

a. Proses pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah. Penampang tegak dari tanah menunjukkan susunan horizon tanah yang disebut profil tanah.
b. Komponen Utama Tanah
Komponen utama tanah merupakan unit-unit penyusun tanah yang menyusun tubuh tanah. Unit-unit penyusun tanah dianggap sebagai kerangka tanah yang terdiri dari bahan mineral, bahan organic, air, dan udara. Keempat bahan penyusun tanah tersebut saling terkait satusama lainnya dan berhubungan erat sekali, sehingga sukar dipisahkan antara satu sama lainnya.
Dari pengamatan secara visual diperoleh bahwa bahan mineral tanah terdiri atas pecahan batuan dan berbagai mineral dengan berbagai ukuran. Bahan organic tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan. Air dan udara merupakan komponen tanah yang mengisi pori-pori tanah. Secara ideal persentase komponen-komponen tersebut adalah :
­ Mineral 45%
Mineral merupakan unsure pokok dalam komposisi tanah yang memiliki definisi yang sangat berbeda. Mineral merupakan senyawa anorganik asli yang mempunyai susunan kimia yang tetap dan bentuk molekul tertentu dalam pola geometrik.
­ Bahan organic 5%
Bahan organic merupakan bahan penting dalam mendukung kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, maupun biologi tanah. Sumber-sumber bahan organic tanah dapat dibedakan atas:
a) Sumber primer yaitu jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkatb kelapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah.
b) Sumber sekunder yaitu binatang. Binatang terlebih dahulu menggunakan sumber bahan organic primer kemudian baru berfngsi sebagai penyumbang sumber bahan organic kedalam tanah .
Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang lebih cepat lapuk dari pada jaringan tumbuhan karena jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air. Fungsi dari bahan organic adalah
1. Kemampuan menahan air pada tanah meningkat
2. Membentuk warna tanah menjadi gelap
3. Merangsang pemantapan agregat tanah
4. Menurunkan plastisitas dan kohesi tanah
5. Meningkatkan daya serap tanah
6. Mendorong aktifitas mikro organisme tanah
­ Air 25%
Sebagian air yang dibutuhkan tumbuh-tumbuhan berasal dari tanahyang disebut air tanah.air ini harus tersedia pada saat tumbuh-tumbuhan memerlikannya.

Air tanah berfungsi untuk
1. Sebagai pelarut unsur hara dalam tanah
2. Membawa unsure hara ke permukaan unsure tanaman.
3. Mengangkut unsure hara yang telah diserap oleh akar keseluruh jaringan tanaman.
4. Mempengaruhi peoses pelapukan kimia dalam tanah
5. Mempermudah system pengolahan tanah
6. Mengendalikan perubahan suhu
7. Memperlambat pertumbuhan gulma
­ Udara 25%
Udara tanah berfungsi untuk:
1. Mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman
2. Untuk pernafasan akar
3. Mendukung penyerapan air dan unsure hara dari dalam tanah
4. Mendorong aktifitas jasad-jasad hidup dalam tanah
c. Sebaran jenis tanah
Sebaran tanah didaerah penelitian banyak dipengaruhi oleh kondisi fisiografis dan factor pembentukannya, yakni berupa bahan endapan aluvial dan vulkanis tua.
Penggolongan tanah di lapangan dapat dilakukan sebagai berikut :
 Golongan Entisol
Golongan entisol merupakan tanah tanpa horisol genetik alami dengan regolitnya masih tebal. Cirri imum dari tanah ini di lapangan adalah tidak ada perkembangan yang nyata dar profilnya.
 Golongan Inceptisol
Golongan inceptisol dapat jugadisebut tanah muda karena profilnya mempunyai horison yang pembentukannya agak cepat sebagai altersi bahan induk. Horisonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran ekstrim.
 Golongan Ultisol
Golongan ultisol didaerah penelitian terdapat pada daerah fisiografis vulkanis dan meliputi tanah-tanah podsolit. Umumnya mempunyai horison argalit (liat) dengan kejenuhan basa lebih dari 35%. Dilapangan golongan ultisol terbentuk diatas permukaan tanah yang tua.

 Golongan Oksisol
Merupakn tanah yang telah mengalami hancuran paling lanjut. Tanah ini untuk pengelolaan nya diperlukan suatu pemupukan yang cukup berat karna tanah ini telah lama miskin akan hara.
 Golongan Histisol
Golongan ini umumnya terdapat didaerah rawa-rawa yang fisiografis alluvial seperti pada cekungan endapan pasir atau beting pantai.

d. Metode Pengambilan contoh tanah
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah dengan cara-cara tertentu. Disesuaikan gatra-gatra yang akan disidik secara lebih detail. Pengambilan contoh tanah ini dapat dilakukan dengan menggunakan tiga tekhnik data yaitu : pengambilan secara utuh, contoh tanah agregat utuh, dan contoh tanah biasa.

E. Hidrologi
Sumber air yang terdapat pada daerah yang kami teliti adalah air sungai dengan kedalaman airnya ≥ 60cm,warnanya bening hal ini dapat dibuktikan dengan terlihatnya bagian dari dasar sungai, air sungai nya tidak memiliki rasa dan juga tidak memiliki bau,temperature air sungainya adalah dibawah suhu udara, air sungai ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan MCK, Mandi, irigasi dan lain-lain





2.2 Hasil Observasi
2.2.1 Angket
a. Bentuk lahan asal proses fluvial
No Bentangan alam Bidang kajian Sub Bidang Kajian Satuan Bentuk lahan Kondisi Lahan
utuh Mulai rusak Hancur
Geomorfologi Bentuk lahan Dataran aluvial
Dataran banjir
Point bar
Creaves Splays
Tanggul alam
Teras sungai
Oxbow lake
Rawa belakang
Dasar sungai
Delta
Channel bar
Abanden river
Proses geomorfologi Aktivitas/lokasi Berat Sedang Ringan
Erosi Erosi vertical
Erosi lateral
Sedimentasi
1. Bagian hulu Pinggir sungai
Tengah sungai
2. Bagian tengah Tengah sungai
Pinggir sungai
Tikungan meander
Bentuk/tipe penampang (gambarkan)
Relief datar landai Berge-lom-bang curam Sangat curam Terjal
Geologi/ batuan Materi penyusun Keke-rasan (HD) warna tekstur Bela-han Bentuk kristal Struk-tur
Satuan Litologi
Tmo (sedimen)












Tgr
intrusi Anggota atas formasi ombilin
Batu gamping pasir berwarna coklat kekuning-kuningan, abu-abu semi hijau/ sampai biru, batu pasir vulkan, berwarna abu-abu semu biru sampai hijau, batu pasir kwarsa, batu lempung napalan abu-abu muda dan lapisan-lapisan batubara dan juga konglongmerat dengan komponen andesitan
Granit berwarna abu-abu muda sampai abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hijau susunannya bekisar antara granit biotit sampai granit biasa
Singkapan batuan lokasi jenis batuan Tidak ada <2% permukaan tanah tertutup Sedang 15-50% volume tanah Banyak 50-90% volume tanah Sangat banyak >90% permukaan tertutup
Tepi sungai
Tengah sungai
Kaki perbukitan
Perbukitan
Lereng tengah
Sebaran bahan kasar
Kerikil diameter 2mm-7,5cm
Batuan kecil diameter 7,5-2,5cm
Batuan lepas diameter 25-40cm Tidak ada <0,01% luas area Sedikit 0,01-3% luas area Sedang 3-15% luas area Banyak >15% luas area

tanah Horizontal / lapisan struktur drainase warna tekstur Keteba-lan Je-nis tanah Ph
Atas
tengah
bawah
Hidro-logi Sumber air Kedala-man warna rasa bau temp Diguna-kan
Air permukaan
Air tanah bebas
Air sungai
Mata air
rembesan
vegerasi Jenis vegetasi/land use Kerapa-tan vegetasi Periode tanam Vegetasi perma-nen Vegetasi semusim
Kebun
Tegalan
Sawah
Semak
Hutan

b. Bentuk lahan asal proses vulkanik
No Bentangan alam Bidang kajian Sub Bidang Kajian Satuan Bentuk lahan Kondisi Lahan
Utuh Mulai rusak Hancur
vulkanis Geomorfologi Bentuk lahan Pegunumgan vulkanik
Perbukitan vulkanis
Dataran vulkanis
Lereng kaki vulkanis
Dataran kaki vulkanis
Proses geomorfologi Bentuk proses Berat Sedang Ringan
Pelapukan Mekanis
Chemis
Organis

Massmovement Creep
Mudflow
Debrislide
Debrisfall
Rockslide
Rockfall
Slump
rollingstone
Erosi Splash erotion
Sheet erotion
Rill erotion
Gully erotion
Agradasi/degradasi
Bentuk/tipe penampang Lukisan
Relief datar landai Berge-lom-bang curam Sangat curam Terjal
Geologi/ batuan Materi penyusun Keke-rasan (HD) warna Teks-tur komposisi Ben-tuk Struk-tur
Satuan Litologi
Tmo (sedimen)












Tgr
intrusi Anggota atas formasi ombilin
Batu gamping pasir berwarna coklat kekuning-kuningan, abu-abu semi hijau/ sampai biru, batu pasir vulkan, berwarna abu-abu semu biru sampai hijau, batu pasir kwarsa, batu lempung napalan abu-abu muda dan lapisan-lapisan batubara dan juga konglongmerat dengan komponen andesitan
Granit berwarna abu-abu muda sampai abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hijau susunannya bekisar antara granit biotit sampai granit biasa
Singkapan batuan lokasi Tidak ada <2% permukaan tanah tertutup Sedang 15-50% volume tanah Banyak 50-90% volume tanah Sangat banyak >90% permukaan tertutup
Pegunungan vulkanik
Puncak perbukitan vulkanik
Lereng tengah perbukitan
Lereng perbukitan vulkanik
Dataran kaki vulkanik
Sebaran bahan kasar Tidak ada <2% permukaan tanah tertuup Sedikit 2-15% volume tanah Sedang 15-50% volume tanah Banyak 50-90% volume tanah Sangat banyak >90% permukaan tanah tertutup
Kerikil diameter 2mm-7,5cm
Batuan kecil diameter 7,5-2,5cm
Batuan lepas diameter 25-40cm Tidak ada <0,01% luas area Sedikit 0,01-3% luas area Sedang 3-15% luas area Banyak >15% luas area

tanah Horizontal / lapisan struktur drainase War-na tekstur Keteba-lan Je-nis tanah Ph
atas
tengah
bawah
Hidro-logi Sumber air Kedala-man warna rasa bau temp Keke-ruhan
tdk kr skr
Air permukaan
Air tanah bebas
Air sungai
Mata air

vegetasi Jenis vegetasi/land use Kerapa-tan vegetasi Periode tanam Vegeta-si perma-nen Vegetasi semusim
Kebun
Tegalan
Sawah
Semak
Hutan


No Bentangan alam Bidang kajian Sub Bidang Kajian Satuan Bentuk lahan Kondisi Lahan
Utuh Mulai rusak Hancur
vulkanis Geomorfologi Bentuk lahan Pegunumgan vulkanik
Perbukitan vulkanis
Dataran vulkanis
Lereng kaki vulkanis
Dataran kaki vulkanis
Proses geomorfologi Bentuk proses Berat Sedang Ringan
Pelapukan Mekanis
Chemis
Organis

Massmovement Creep
Mudflow
Debrislide
Debrisfall
Rockslide
Rockfall
Slump
rollingstone
Erosi Splash erotion
Sheet erotion
Rill erotion
Gully erotion
Agradasi/degradasi
Bentuk/tipe penampang Lukisan
Relief datar landai Berge-lom-bang curam Sangat curam Terjal
Geologi/ batuan Materi penyusun Keke-rasan (HD) warna Teks-tur komposisi Ben-tuk Struk-tur
Satuan Litologi
Tmo (sedimen)












Tgr
intrusi Anggota atas formasi ombilin
Batu gamping pasir berwarna coklat kekuning-kuningan, abu-abu semi hijau/ sampai biru, batu pasir vulkan, berwarna abu-abu semu biru sampai hijau, batu pasir kwarsa, batu lempung napalan abu-abu muda dan lapisan-lapisan batubara dan juga konglongmerat dengan komponen andesitan
Granit berwarna abu-abu muda sampai abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hijau susunannya bekisar antara granit biotit sampai granit biasa
Singkapan batuan lokasi Tidak ada <2% permukaan tanah tertutup Sedang 15-50% volume tanah Banyak 50-90% volume tanah Sangat banyak >90% permukaan tertutup
Pegunungan vulkanik
Puncak perbukitan vulkanik
Lereng tengah perbukitan
Lereng perbukitan vulkanik
Dataran kaki vulkanik
Sebaran bahan kasar Tidak ada <2% permukaan tanah tertuup Sedikit 2-15% volume tanah Sedang 15-50% volume tanah Banyak 50-90% volume tanah Sangat banyak >90% permukaan tanah tertutup
Kerikil diameter 2mm-7,5cm
Batuan kecil diameter 7,5-2,5cm
Batuan lepas diameter 25-40cm Tidak ada <0,01% luas area Sedikit 0,01-3% luas area Sedang 3-15% luas area Banyak >15% luas area

tanah Horizontal / lapisan struktur drainase War-na tekstur Keteba-lan Je-nis tanah Ph
atas
tengah
bawah
Hidro-logi Sumber air Kedala-man warna rasa bau temp Keke-ruhan
tdk kr skr
Air permukaan
Air tanah bebas
Air sungai
Mata air

vegetasi Jenis vegetasi/land use Kerapa-tan vegetasi Periode tanam Vegeta-si perma-nen Vegetasi semusim
Kebun
Tegalan
Sawah
Semak
Hutan








2.2.2 Penjelasan angket
Hasil observasi fisik yang dilakukan di kampung koto baru ini terdapat dua bentuk lahan yaitu bentuk lahan asal proses fluvial dan bentuk lahan asal proses vulkanik.
1) Bentuk Lahan Asal Proses Fluvial
Bentuk lahan asal proses fluvial adalah bentuk lahan yang disebabkan oleh proses air yang mengalir sehingga terjadi proses pengikisan atau erosi. Pada observasi bentuk lahan asal proses fluvial ini berlokasi di aliran sungai batang kambang, aliran sungai ini termasuk pada satuan bentuk lahan dataran banjir. Satuan bentuk lahan dataran banjir adalah daerah di sisi sungai yang mungkin terendam pada waktu air tinggi. Dataran banjir terutama terbentuk dari hasil endapan sedimen di alur sungai dan pengendapan sedimen halus di daerah genangan pada waktu banjir, serta bahan-bahan organik yang dapat terkumpul (oxbow lake). Endapan sedimen di dalam alur beserta tanggul-tanggul alam pada tepi sungai dapat menimbulkan suatu situasi dimana aliran sungai lebih tinggi daripada dataran banjirnya. kondisi ini sering terjadi pada sungai-sungai yang mengalir melintasi dasar dataran aluvial. Kemiringan melintang dari dataran banjir biasanya cukup kecil, sehingga sering kali sulit untuk mengetahui adanya tanggul alam melalui pengamatan visual.
Di lokasi pengamatan ini, kondisi lahan dataran banjirnya masih sangat utuh, sedangkan kondisi tangul alamnya sudah mulai rusak. Daerah ini telah mengalami erosi lateral yang ringan. erosi lateral merupakan erosi yang mengakibatkan pelebaran sungai. Sedimentasi pada bagian tengah sungai terdapat tikungan meander dengan aktivitas yang berat. Tingkungan meander adalah tingkungan sungai yang berkelok-kelok bagian tengah sungai beraktivitas sedang.
Relief sungai yang diamati yaitu berupa relief landai yang agak dalam di bagian tengah sungai,namun perbedaan relief landai antara pinggir dan tengah sungai tidak jauh berbeda dengan kata lain hampir sama.
Pada daerah yang di amati singkapan batuan yang berlokasi di tepi sungai < 2% permukaan tanah hampir tidak tertutup oleh berbagai jenis batuan. Sebaran bahan kasar baik berupa kerikil berdiameter 2 mm - 7,5 cm, batuan kecil berdiameter 7,5 – 25 cm maupun batuan lepas, berdiameter 25 – 40 cm hampir tidak tidak ada yaitu < 2% terdapat di permukaan tanah sehingga permukaan tanah tidak tertutupi.
Pada horizontal atau lapisan tanah dibagian atas memiliki stuktur tanah yang berupa remah dengan keadaan drainasenya masih bagus. Tanah bagian atas memiliki warna kuning pucat agak kecoklatan, dengan tekstur kasar.
Kedalaman air sungai yang di amati mencapai lebih kecil dari sama dengan 1 m dengan warna air kuning kehijauan, rasa sunagi ini pun tawar dengan bau yang agak anyer namun tetap digunakan oleh penduduk sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Jenis vegetasi yang ada di sekitar sungai hanya semak belukar dan keladi-keladi
2) Bentuk Lahan Asal Proses Vulkanis
Bentuk lahan asal proses vulkanik adalah suatu bentuk lahan yang disebabkan oleh aktivitas gunung api atau magma. Bentuk lahan bentukan asal vulkanis ini lebih didasarkan pada material atau batuan penyusun berupa batuan vulkanis dengan berbagai jenisnya.Pengamatan bentuk lahan asal proses vulkanik ini berlokasi di kmpung koto baru tepatnya 140’16” LS dan 18046’25” BT. Kondisi lahan di lereng kaki vulkanis saat ini sudah mulai rusak karena telah banyak titik-titik lokasi yang telah mengalami pelapukan secara besar-besaran sehingga tanah mulai digerus oleh erosi. Pelapukan dilokasi ini terjadi atas dua proses yaitu proses mekanis yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan proses organis yang disebabkan oleh aktivitas vegetasi. Pergerakan massa yang ringan disebut juga massa movement mengalami proses rayapan atau creep dengan pola rayapan yang ringan. Di lokasi ini telah mengalami erosi dengan jenis sheet erosion atau erosi lembah berpola sedang.
Relief dilokasi ini berupa relief bergelombang. Batuan yang terdapat di lokasi ini memiliki kekerasan yang sangat kecil (lapuk). Batuannya berwarna coklat dan tekstur tanahnya berupa lempung berdebu. Tanah di lokasi ini 90% berupa liat atau lempung dan 10% berupa debu dengan bentuk dalam sruktur yabg bergumpal. Lereng perbukitan vulkanisnya memiliki singkapan batuan yang sangat banyak, yaitu lebih dari 90% sehingga permukaan tanahnya sudah tertutup sebaran bahan kasar di daerah ini baik berupa kerikil berdiameter 2 mm – 7,5 cm maupun batuan kecil berdiameter 7,5 -25 cm tidak sampai / kurang dari 2% permukaan tanahnya tertutup sedangkan batuan lepas berdiameter 25 – 40 cm lebih sedikit lagi yaitu tidak sampai atau < 0.01% luas area. Kemudian, dan pengamatan yang dilakukan terdapat vegetasi dengan jenis kebun (campuran).

















BAB III
KESIMPULAN

1. Di daerah kampong Koto Baru terdapat 2 jenis bentukan asal proses lahan yaitu bentukan lahan asal proses vulkanik dan bentukan lahan asal proses fluvial.
2. Bentuk lahan asal proses vulkanik adalah bentukan lahan yang diakibatkan oleh aktivitas gunung api atau magma.
3. Bentuk lahan asal proses fluvial adalah bentukan lahan yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas sungai.
4. Satuan Bentuk lahan yang terdapat pada bentuk lahan asal proses fluvial adalah dataran bajir, dataran alluvial, Point bar, Creaves Splays, Tanggul alam, Teras sungai, Oxbow lake, Rawa belakang, Dasar sungai, Delta, Channel bar dan Abanden river.
5. Satuan bentuk lahan yang terdapat pada bentuk lahan asal proses vulkanik adalah Dataran kaki vulkanis, Lereng kaki vulkanis, Dataran vulkanis, Perbukitan vulkanis dan Pegunumgan vulkanik.


DAFTAR PUSTAKA

Panitia KKL. 2010. Angket Observasi Fisik di Kampung Koto Baru Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Padang
Hermon, Dedi, dan Khairani. 2009. Geografi Tanah. Yayasan Jihadul Khair Center . Padang
Karim, Sutarman.2009. Geomorfologi Indonesia. UNP Press. Padang

Selasa, 25 Mei 2010

MAKALAH PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

PENGINDERAAN JAUH

SISTEM FOTOGRAFIK










OLEH :

KELOMPOK 1


DEWI SURYANI 13178/2009
PUTRI MUHAIMINAH ASY.SYIFA 13176/2009
HANI MARIANI 13180/2009
SEPTI DONA 79405/2006
EMI GUSTINA 94105/2009
RIKA MISDA YENTI 89156/2007
SEAN CONEARY PUTRA 90799/2007
GUSNELI 89083/2007
RIRIT ETRI SURIYANI 89066/2007



FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penginderaaan jauh sistem fotografik lebih dikenal dengan interpretasi foto udara. Fotografik lahir pada tahun 1839, istilah penginderaan jauh baru kita kenal sejak tahun 1962. Pada tahun 1840 para ahli mengajurkan fotografik untuk survey Topografi.
Foto udara yang pertama dikenal pada tahun 1858 oleh seorang juru potret dari Paris. Pengindraan jauh sistem fotografik mudah dimengerti karena sistem ini adalah paling pertama dikembangkan,paling lama pengembangannya, dan paling banyak dikenal oleh para penggunanya.
Dari uraian diatas penulis mengajak para pembaca untuk mengetahui lebih dalam tentang Pengindraan Jauh Sistem Fotografik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penginderaan jauh fotografik?
2. Apa saja unsur-unsur pokok sistem penginderaan jauh fotografik?
3. Apa saja jenis-jenis dan manfaat dari foto udara?
4. Bagaimana urutan dasar fotografik dari negatif ke positif?
5. Apa berbedaan dari pemrosesan film hitam-putih dan film berwarna?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari penginderaan jauh fotografik.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur pokok dalam sistem penginderaan jauh fotografik.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dan manfaat dari foto udara.
4. Untuk mengetahui urutan dasar fotografik dari negatif ke positif.
5. Untuk mengetahui berbedaan dari pemrosesan film hitam-putih dan film berwarna. 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penginderaan jauh fotografik yaitu sistem penginderaan jauh yang didalam merekam obyek menggunakan kamera sebagai sensor, menggunakan film sebagai detektor, dan menggunakan tenaga elektromagnetik yang berupa spektrum tampak dan atau perluasannya. Perekaman obyek atau pemotretannya dapat dilakukan dari udara maupun antariksa. Hasil rekamannya setelah diproses menjadi foto udara atau foto satelit.
2.2 Unsur Pokok Pembentuk Sistem Penginderaan Jauh Fotografik
1. Tenaga
Tenaga mencerminkan kapasitas kerja fisik. Kerja fisik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggerakkan obyek dengan menggunakan daya, dengan memanasi obyek, atau dengan menimbulkan perubahan keadaan suatu benda. Tenaga radiasi ialah tenaga yang dikandung oleh radiasi elektromagnetik sehingga menyebabkan detektor berubah secara fisik, baik detektor yang berupa film maupun detektor lainnya.
Penginderaan jauh sistem fotografik pada umunya menggunakan tenaga alamiah, yaitu matahari sebagai sumber tenaga yang utama. Tenaga yang digunakn memilki panjang gelombang 0,3m hingga 0,9m. Disamping sinar matahari, dapat pula digunakan sinar bulan maupun sinar buatan apabila pemotretannya dilakukan pada malam hari.
Didalam perkembangannya kemudian, orang dapat melakukan pemotreten dengan menggunakan tenaga diluar spektrum tampak, yaitu spektrum infra merah hingga panjang gelombang 0,9 m dan spektrum ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,3 m. Disamping itu juga dapat dilakukan pemotretam dengan menggunakan gabungan antara spektrum tersebut maupun dengan rinciannya.
2. Obyek
Obyek yang dapat dibedakan dalam foto udara terbatas pada obyek yang tampak, yaitu obyek di permukaan bumi yang tidak terlindung oleh obyek lainnya. Obyek dibawah permukaan tanah dan obyek dipermukaan tanah yang tetutup oleh vegetasi tidak dapat tergambar pada foto udara. meskipun demikian, ada obyek tak tampak tetapi dapat ditafsirkan berdasarkan obyek yang tampak. sebagai contoh, jenis batuan dapat ditafsirkan berdasarkan fotografi, pola aliran, dan vegetasi penutupnya.
Ada lima bentuk interaksi antara obyek dan tenaga, yaitu transmisi, serapan, pantulan, hamburan, dan pancaran.
Didalam bentuk transmisi, tenaga menembus obyek dengan mengalami perubahan kecepatan sesuai dengan indeks pembiasan antara dua obyek yang bersangkutan. Tenaga didalam bentuk panas maupun sinar dapat diserap oleh benda atau obyek. Tenaga pantulan yaitu tenaga yang dipantulkan oleh benda dengan sudut datang sebesar sudut pantulnya tanpa mengalami perubahan kecepatan. Hamburan yaitu pantulan secara acak. Tenaga pancaran berupa tenaga serapan yang kemudian dipancarkan oleh benda atau obyek penyerapnya.
3. Sensor
Sensor penginderaan jauh fotografi berupa kamera. Bila kamera difokuskan ke jarak tak terhingga, maka jarak dari lensa ke film disebut panjang fokus. Daerah atau bidang tempat film pada saat pemotratan disebut bidang fokal. Sutter ialah alat untuk menutup lensa setelah pemotretan yang diletakkan di belakang desa, tetapi kadang-kadang jjuga pada bidang fokal didepan film.
Ada lima jenis kamera yang digunakan didalam peginderaan jauh fotografi, yaitu kamera kerangka untuk pemetaan, kamera kerangka untuk keperluan tinjau, kamera panoramik, kamera strip, dan kamera multi spektral.
Kamera kerangka (frame kerangka) yaitu kamera yang perekamannya untuk tiap lembar foto dilakukan secara serentak, bukan bagian demi bagian. Kamera kerangka disebut juga kamera metrik atau kamera kartografik. Kamera kerangka untuk keperluan tinjau dirancang untuk menyajikan gambaran obyek dengan resolusi spasial yang tinggi. Kamera panoramik termasuk kamera tinjau yang dirancang untuk memperoleh foto dengan resolusi spasial yang tinggi. Sedangkan kamera strip bekerja tanpa penutup lensa atau shutter. Kamera multi spektral berupa beberapa kamera yang diarahkan ke satu titik fokus (multi kamera) atau satu kamera dengan beberapa lensa (kamera multi lensa).
Lensa berfungsi untuk memasukkan sinar dan memfokuskannya. Selain lensa, film dan filter sangat besar pengaruhnya terhadap gambaran objek pada foto udara.
4. Keluaran (Output)
Keluaran sistem penginderaan jauh fotografik berupa foto udara dan foto satelit. Foto udara pada umumnya dibuat dengan menggunakan pesawat terbang sebagai wahananya. Meskipun demikian, terkadang foto udara dilakukan dengan menggunakan balon udara, karena balon dapat mencapai ketinggian hingga 35 km, lebih tinggi dari ketinggian pesawat terbang pada umumnya. Foto udara merupakan penyaji data yang potensial. Sedangkan foto satelit sesuai dengan namanya, foto satelit dibuat dengan menggunakan satelit sebagai wahananya.
2.3 Jenis Foto Udara dan Manfaatnya
1. Foto Ultraviolet
Tenaga elektromatik yang dipancarkan oleh matahari kebumi dihambat oleh atmosfer dengan pantulan, serapan, dan hamburan. Pembuatan foto ultraviolet dapat dilakukan dengan mengunakan kamera yang biasa digunakan untuk pemotretan pankromatik maupun pemotretan inframerah.
Salah satu keunggulan foto ultraviolet ialah untuk mendeteksi lapisan minyak pada air. Pada foto ultraviolet, obyek yang berupa atap logam tidak dicat dan obyek yang berupa aspal tampak dengan kontras lebih besar terhadap obyek lainnya. Hal inilah yang memungkinkan penggunaan foto ultraviolet untuk menyadap data kekotaan terutama untuk jaringan jalan. Foto ultraviolet dapat digunakan didalam bidang geologi, khususnya untuk mendeteksi batuan kapur dan juga dapat digunakan dibidang hidreologi untuk mendeteksi dan memantau sumberdaya air.
2. Foto Ortokromatik
Foto ortokromatik dibuat dengan film ortokromatik yang peka terhadap panjang gelombang 0,4 m – 0,56 m. Kepekaannya berbeda dengan kepekaan film pankromatik dan film inframerah.
Ada dua manfaat foto ortokromatik yaitu untuk studi pantai dan untuk survey vegetasi. Foto ortokromatik dalam studi pantai digunakan untuk memotret dasar perairan pantai atau dasar perairan laut dangkal. Untuk studi vegetasi, dengan menggunakan foto ortokromatik vegetasi berdaun hijau tergambar dengan cukup kontras karena film ortokromatik sangat peka terhadap saluran hijau yang memungkinkan untuk identifikasi rinci atas vegetasi.
3. Foto Pankromatik Hitam-Putih
Film pankromatik peka terhadap panjang gelombang 0,36 m hingga 0,72m. kepekaannya hampir sama dengan kepekaan mata manusia.
a. Film Pankromatik Hitam-Putih, menggunakan film sebagai negatif dan kertas cetak sebagai positifnya
b. Keunggulan Foto Pankromatik Hitam-Putih dan penggunaannya, kesan rona objek serupa dengan kesan mata manusia, resolusi spasialnya halus, stabilitas dimensional tinggi sehingga banyak digunakan dalam bidang foto grametri, film pankromatik hitam-putuh telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa menggunakannya.
c. Cara Analisis, yaitu analisis monokuler/stereoskop (pengamatan tanpa alat), analisis stereoskopik (pengamatan menggunakan alat) dan analisis densitometrik (ukuran tingkat kehitaman atau rona bagi citra hitam-putih).
4. Foto Pankromatik Berwarna
a. Film pankromatik berwarna, umumnya diproses menjadi film negatif atau film positif.
b. Pembentukan warna oada foto pankromatik berwarna, pembentukan warna dapat berupa proses aditif maupun proses substraktif
c. Keunggulan foto pankromatik berwarna, pengenalan lebih baik terhadap tipe penggunaan lahan dan penutup lahan, kondisi tanaman, jenis pohon, dan jenis tanah bagi keperlun pertanian dan kehutanan.
5. Foto Inframerah Hitam-Putih
a. Film inframerah hitam-putih, yaitu terdiri dari satu lapis emulsi yang di ikatkan pada alas dan penguatnya yang alas filmnya terbuat dari selulose asetat/poliester
b. Keunggulan foto inframerah hitam-putih, yaitu sifat pantulan khusus bagi vegetasi, daya tembusnya yang besar terhadap kabut tipis, daya serap yang besar terhadap air, kepekaan film inframerah meliputi hingga saluran ultraviolet

6. Foto Inframerah Berwarna
a. Film inframerah berwarna, yaitu berbeda dengan film pankromatik berwarna, film inframerah berwarna dirancang untuk merekam saluran hijau, saluran merah, dan saluran inframerah hingga panjang gelombang 0,9 m. Berbedaan lainnya yaitu bahwa filter kuning pada film inframerah berwarna tidak dipasang diantara lapis peka biru dan peka hijau melainkan dipasang di luar film. Ada perbedaan lagi yaitu pada urutan lapis emulsinya.
b. Pembentukan warna pada film inframerah berwarna, yaitu warana yamg terbentuk pada foto inframerah berwarna tidak sama pada warna yang tampak pada mata, oleh karena itu maka baik film maupun fotonya sering disebut film atau foto berwarna semu.
c. Keunggulan foto inframerah berwarna dan penggunaanya, yaitu keunggulan foto berwarna semu justru terletak pada warnanya yang tidak serupa dengan warna aslinya. Dengan warna semu ini banyak objek yang pengenalannya pada foto menjadi lebih mudah.
7. Foto Multispektral
Foto multispektral merupakan keluaran pengindaraan jauh multispektral menurut Rehder 1985, pengindraan jauh multispektral adalah pengindraan objek dengan menggunakan lebih dari satu spektrum elektromagnetik yang pengindraannya dilakukan pada saat yang sama dan dari tempat dan ketinggian yang sama. Foto multispektral merupakan keluaaran pengindaran jauh multi spektral dengan cara fotografik. Sensornya berupa kamera multi lensa atau kamera tunggal berlensa jamak.
a. Saluran Biru (0.4 m – 0.5m), kepekaan film berwarna sama dengan kepekaan mata, maka saluran biru dan wijau merupakan saluran terbaik untuk mengindra air. Umumnya digunakan untuk mengindar kelembaban atmosfer, kedalaman air, kekeruan air dan gejala lainnya.
b. Saluran Hijau (0,5m – 0.6m), memiliki hambatan yang berupa hamburan Rayleigh yang lebih kecil dari hambatan pada saluran biru, sehingga lebih baik untuk penginraan gejala yang berhubungan dengan air.
c. Saluran Merah (0.7m - 0,7m), merupakan foto yang terbaik untuk membedakan vegetasi terhadap ke tanah kering yang cerah.
d. Saluran Inframerah dekat (0.7m – 1,1m), bermanfaat untuk mendeteksi tanaman maupun hutan yang mengalami gangguan seperti penyakit, hama, kekeringa atau gangguan lainnya hal ini disebabkan oleh nilai pantulan pada vegetasi yang tinggi dibandingkan yang lainnya.
8. Foto Strip
Foto Strip dibuat dengan film yang digerakkan disepanjang sela sempit pada kamera Strip yang kecepataannya selaras dengan gerak relatif objek terhadap pesawat. Diluar kepentingan militer foto strip digunakan untuk memperoleh infromasi daerah sempit memanjang yang pemotretannya harus dilakukan dengan pesawat yang terbang rendah dan dengan kecepatan tinggi agar tidak terjadi diktosi pada fotonya.
9. Foto Panoramik
Foto Panoramik digunakan untuk kepentingan militer. Pemotretannya dilakukan dengan lensa yang selalu bergerak ke arah kanan dan kiri pesawat, tegak lurus arah terbang pesawat. Disamping pemotretan dengan lensa yang selalu bergerak, pemotretan panoramik dapat pula dilakukan dengan lensa tetap yang mana didepan lensa dipasang cermin yang selalu bergerak untuk menyiam daerah yang dipotret. Foto Panoramik meliput daerah luas tetapi kerinciannya tinggi karna sudut pandangnya sempit.
10. Foto Satelit
a. Foto Mercury, foto satelit pertama yang menggambarkan sebagian permukaan bumi.
b. Foto Gemini, merupakan lanjutan dari foto mercury
c. Foto Apollo, yaitu pemotretan otomatis dengan film berwarna, membuat foto satelit dengan kamera, membuat foto multispektral denag multi kamera.
d. Foto Skylab dirancang untuk melakukan eksperimen antariksa.
e. Foto Kamera Format Besar
2.4. Urutan Dasar Fotografik dari Negatif ke Positif
Pada proses ini, material negatif dan positif berupa film dan kertas cetak yang terdiri atas suatu elmusi fotografik yang peka terhadap cahaya, dilekatkan diatas lapisan atas atau penyangga. Elmusi terdiri atas suatu lapisan tipis kristal atau butir perak Halida yang peka terhadap cahaya, yang dilekatkan ditempatnya dengan pemuat Glatin urutan dasar film menggunakan berbagai macam plastik. Jika terkena cahaya kristal perak halida didalam suaatu elmusi mengalami reaksi foto kimiawi dan membentuk suatu bahan laten yang tidak tampak.
Ketika dproses, kristal film yang telah dibuka terhadap cahaya menjadi perak. Daerah pada negatif yang tidak dibuka menjadi terang pemrosesan sebab kristal pada bagian ini tidak dilarutkan sebagai bagian proses pengembangan.
Pada proses pembuatan hasil akhir, film negatif membentuk suatu citra yang geometrinya terbalik juga dan terbalik juga dalam hal pencerahan. Citra positif memberikan keterbalikan kedua sehingg diperoleh gambar yang geometri maupun pencerahannya relatif benar.

2.5. Pemrosesan Film Hitam Putih dan Berwarna
1. Film Hitam Putih
Meliputi langkah-langkah sebagai berikut
a. Pengembangan, merupakan pelaku reduksi akalin secara selektif
b. Cuci penghentian (Stop bath), untuk menetralkan larutan pengembang alkalin sehingga menghentikan proses pengembangan.
c. Fixing, ialah untuk menghilangkan butir perak halid yang tidak dibuka dari elmusi, memperkeras elmusi, dan membuatnya secara kimiawi stabil.
d. Pencucian (Washing), digunakan untuk mencuci film untuk menjaga agar film tersebut bersih dari sisa-sisa larutan kimia yang dapat menurunkan kualitas citra.
e. Pengeringan, merupakan langkah terakhir baik pengeringan melalui udara pada suatu lingkungan yang bebas debu maupun melalui pengeringan dengan pengeringan yang dipanaskan, air dipindahkan dari material yang telah diproses tersebut.
2. Film berwarna
Sebagian film untuk foto udara dibuat untuk diproses menjadi negatif atau positif (beberapa jenis dapat diproses dengan dua cara).
a. Film negatif berwarna, sama dengan citra negatif dalam film negatif hitam-putih, artinya film negatif dibuka dan diproses dan selanjutnya dignakan untuk menghasilkan suatu positif (biasanya pada kertas cetak berwarna). Negatif berwarna menyajikan suatu gambaran yang geometri dan kecerahannya terbalik. Positif yang dibuat dari negatif semacam ini menghasilkan geometri, keceraha dan warna ddengan baik sesuai dengan benda asli yang dipotret.
b. Film berwarna terbalik (color reversal film) ialah film yang dapat diproses untuk menghasilkan citra positif secara langsung pada film asli yang dibuka didalam kamera. Slide berwarna merupakan hasil film berwarna terbalik yang banyak kita kenal. Bentuk sejenisnya pada foto udara disebut diapositif berwarna atau tranparansi positif berwarna.
Urutan pemrosesan untuk film berwarna tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengaktifkan lapis film yang peka biru.
b. Film dicelupkan pada pengembang.
c. Film dibuka kembali dengan sumber cahaya putih.
d. Film dicelupkan pada pengembang warna.
e. Film dicelupkan pada obat pembersih (bleach).
f. Pada saat cahaya dilewatkan menembus film selama pengamatan, lapis warna magenta menyerap unsur hijau dan lapis cyan menyerap unsur merah. Unsur biru dilalukan oleh lapis pembentuk warna kuning yang terang, menghasilkan kesan warna biru pada citra. Warna lain dihasilkan dengan cara serupa.

BAB III
KESIMPULAN


1. Penginderaan jauh fotografik adalah sistem pengideraan jauh yang didalam merekam obyek menggunakan kamera sebagai sensor, menggunakan film sebagai detektor, dan menggunakan tenaga elektromagnetik yang berupa spektrum tampak.
2. 4 unsur pokok pembentuk sistem penginderaan jauh fotografik adalah tenaga, obyek, sensor dan keluaran (output).
3. Jenis-jenis foto udara yaitu foto ultraviolet, foto ortokromatik, foto pankromatik hitam-putih, foto pankromatik berwarna, fotoinframerah hitam-putih, foto multispektral, foto strip, foto panoramik dan foto satelit.


DAFTAR PUSTAKA


Kiefer, Ralph W dan Lillesend, Thomas M. 1990. PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRESTASI CITRA. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Sutanto. 1987. PENGIDERAAN JAUH JILID 2. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta